Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Hangat, spontan tapi berbau darah

Sutradara: francis ford coppola skenario: francis ford coppola & mario puzo pemain: al: pacino, lee strasberg, robert de niro resensi oleh: salim said. (fl)

5 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE GODFATHER II Skenario: Francis Ford Coppola & Mario Puzo Sutradara. Francis Ford Coppola COPPOLA memulai filmnya dengan sebuah panorama desa Corleone, tempat asal Vito (Robert de Niro). Sebuah upacara perarakan jenazah sedang berlangsung. Ayah Vito yang mati dibunuh Don Francerco sedang diusung. Tiba-tiba terdengar serentetan tembakan. Perarakan bubar, dan ternyata abang Vito sudah mati --juga oleh peluru Don Francerco. "Ia harus dibunuh sebab ia nanti akan menuntut balas," kata sang Don. Karena itu -- Vito kecil yang masih 9 tahun itu juga harus mati. Tapi anak ini berhasil lari ketika ia melihat ibunya ditembak seperti anjing oleh pengawal Francerco. Adegan selanjutnya bermain di New York awal abad ini. Vito kecil bertumbuh di negeri pengungsiannya. Bekerja, kawin, punya anak, membunuh jagoan, menjadi jagoan, membuka usaha perdagangan minyak zaitun dan seterusnya. Dan tiba-tiba muncul dilayar, Michael (Al Pacino) yang kini menggantikan ayahnya sebagai kepala keluarga Corleone. Di sini cerita merupakan sambungan The Godfather pertama. Michael sibuk dengan berbagai bisnis yang melihatkan "keluarga" keturunan Italia, tapi juga Yahudi. Yang paling berat bagi Michael adalah Yahudi itu. Hyman Roth (Lee Strasberg) ternyata jauh lebih licik, tangguh dan dingin tinimbang jagoanjagoan Italia. Sistim bercerita yang ditempuh Coppola ini memang unik. Sorot balik (flashback) tidak sekedar sebagai catatan kaki bagi memperjelas apa yang terjadi. Ia bagian tersendiri yang sebenarnya, bisa dan sebaiknya, berdiri sendiri. Coppola mencoba menyatukan dua cerita itu lewat suatu cara yang dalam dunia editing lazim disebut sebagai pemotongan paralel. Tidak selalu berhasil, bahkan kadang terasa dipaksakan. Film ini sebenarnya akan cukup menarik jika Coppola memusatkan perhatian pada Michael saja dalam kedudukannya sebagai Don muda, yang menggantikan ayahnya sebagai kepala keluarga. Memang hal demikian diperlihatkan. Michael misalnya terlibat dalam bisnis dengan Batista di Kuba beberapa saat sebelum Fidel Castro naik tahta. Juga berjuang membersihkan namanya di Kongres Amerika. Tapi perjuangannya yang paling sengit ialah pertarungannya dengan bandit-bandit Yahudi itu. Michael menang pada akhirnya -- meski dengan bayaran yang mahal. Michael, yang di masa mudanya menolak ikut campur dalam urusan keluarga -- ia memilih masuk dinas militer -- kini menemukan dirinya jauh lebih keras, kejam, dingin, dari orang yang digantikannya. Menjelang akhir cerita, Michael memutuskan membunuh abang kandungnya sendiri. Melulu karena curiga. Heroin Di lihat melalui Michael, The Godfather II sebenarnya kisah tentang orang yang tidak siap untuk suatu kekuasaan tak terbatas dan tak terkontrol. Don Corleone, yang mewariskan kekuasaan itu, tiba pada tingkat demikian lewat satu jalan yang panjang dan penuh bahaya. Don Corleone siap, sebab ia terlatih. Michael sebaliknya tumbuh sebagai anak Amerika dengan segala kemudahan, dalam suatu keluarga yang lebih dari sekedar berkecukupan. Ketika kekuasaan sebesar itu harus ditanganinya, kelabakanlah ia. Michael yang pendiam, pemalu dan ingin menjadi anak Amerika yang baik, akhirnya menjadi pembunuh berdarah dingin, bengis dan hampir tak punya etik. Ia tidak lagi mewarisi kebesaran ayahnya ketika harus menolak bisnis heroin, satu penolakan yang nyaris menghabiskan nyawa sang ayah. The Godfatber II memang menyajikan persoalan. Ia antara lain mengajarkan betapa sulitnya menghargai jiwa dan harta orang setelah kita terbiasa dan dengan mudah menumpahkan darah. Tapi film ini juga suatu tingkat kecermatan yang tinggi yang misalnya berhasil menciptakan satu suasana yang khas, New York tempo dulu. Sisilia yang miskin dan suram, maupun keluarga Italia yang hangat, spontan tapi berbau darah. Sudah tentu dukungan permainan para aktor memegang andil besar. Michael diperankan dengan bagus oleh Al Pacino. Tapi Lee Strasberg (guru para aktor) dan De Niro berrnain brillian. Salim Said

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus