Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Ceramah

Ustaz A. Gaffar Ismail, 67, mubaligh besar dari pekalongan, ayah penyair Taufik Ismail, memberikan ceramah nuzulul qur'an di masjid Amir Hamzah, TIM, Jakarta. (pt)

2 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USTAZ A. Gaffar Ismail memberi ceramah Nuzulul Qur'an di Masjid Amir Hamzah Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 17 Ramadhan lalu. Mubaligh besar dari Pekalongan ini (lahir di Bukittinggi, 1911), dan ayah penyair Taufiq Ismail terkenal dengan 'Pengajian Malam Selasa"nya di rumahnya yang berhadapan dengan Lapangan Sorogenen, Pekalongan. Ada kira-kira 1.500 pengunjung tiap minggu -- di samping memenuhi undangan ke berbagai kota. Orang di sana bilang: kalau pengin menangis dengan khusyu', pergilah ke pengajian Pak Gaffar. Ceramahnya (yang sudah dimulai sejak 1932) pekat dengan tasauf, selalu menyarankan penyucian jiwa, dengan mengambil tema Al Qur'an ayat demi ayat. Di masjid TIM malam itu ia menuturkan, ada seorang rekannya dulu, orang Jepang, bertanya begini: apakah Qur'an boleh diterjemahkan ke bahasa Jepang -- oleh seorang beragama Shinto? Soalnya, di Nippon sana kawannya sedang menterjemahkan Qur'an semata-mata sebagai karya sastra. Ustaz Gaffar ternyata tak bisa menjawab alias bingung. Itu waktu tahun 1944, dan Gaffar Ismail adalah Wakil Kepala Redaksi sinaY Baroe di Semarang. "Ini yang ingin saya ceritakan kepada Saudara H.B. Jassin, umpama ia ada dalam pertemuan kita ini," katanya. Sayang malam itu Jassin tak sempat hadir. Tapi Ustaz Gaffar terus bercerita. Ia akhirnya dapat bertemu dengan penterjemah Al Qur'an dari Nippon itu. Bulan Rajab kemarin Pak Gaffar ke Jepang atas undangan Keluarga Islam Indonesia dan memberikan beberapa ceramah di Tokyo dan Kobe. Dan ia, tentu saja, dihubungkan dengan pusat-pusat Islam. Waktu menghadiri jamuan Dr. Ahmad Syauqi Futaki, Direktor Royal Hospital dan penggerak salah-satu organisasi pusat Islam, tuan rumah berkata "Kami sebenarnya punya pelindung di sini" dan disebutnya nama Alhaj Omar Mita Ryoichi, biasa dipanggil 'Mita Sensei' (Orang Alim Mita). Nah, orang inilah yang menterjemah Qur'an yang dulu diceritakan di zaman Nippon itu. Ia mulai menterjemahkan kitab suci itu kira-kira tahun 1936 atau 1937 dari bahasa Cina ke bahasa Jepang. Ia menemukan Qur'an ketika berada di Mancuria sebagai pegawai. Di tengah-tengah penterJemahan la kemudian masuk Islam dan berhaji -- dan tentu saja belajar Bahasa Arab. Ia sendiri punya pembantu beberapa kawan, terdiri dari beberapa bangsa, yang menunjukkan kepadanya terjemahan Qur'an dalam bahasa masing-masing. Terakhir ia bahkan dibantu pemuda-pemuda Jepang sendiri yang bersekolah di Al Azhar Kairo atau lulusan Al Azhar Kairo. Dan terjemahan itu sebenarnya sudah agak lama selesai. Tapi rupanya tidak bagi Haji Mita. Kenapa? "Saya takut," katanya ketika beramah-ramahan dengan Ustaz Gaffar di kantor Islamic Center. Padahal sudah 40 tahun! Dan padahal ia orang terpandang dalam ilmu sastra. "Sensei, berapa usia anda? " "Tujuh puluh satu." "Pada usia berapa ayah anda dahulu meninggal?" Ia tersenyum. "Lebih muda dari saya sekarang," katanya. "Nah, bukankah itu pertanda, barangkali Tuhan masih memberi hidup anda supaya bisa menerbitkan terjemahan itu?" Orang alim itu tersenyum lagi. Padahal Badan Mu'tamar Islam Jepang sudah menyediakan dana buat menerbitkannya. Syukurlah akhirnya ia berkata: "Mudah-mudahan bulan puasa tahun ini." Kata Ustaz Gaffar di TIM: "Itu yang ingin saya tuturkan kepada Saudara Jassin, sekedar oleh-oleh." Menurutnya, ia menghormati pekerjaan Jassin itu, meski waktu yang diambilnya sungguh terlalu singkat di samping ia sendiri punya beberapa kritik. Tapi "H.B. Jassin tidak salah," katanya. "Yang salah ialah orang yang mengecarnnya dan tidak membantunya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus