Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGENAKAN setelan jas hitam dengan kemeja keungu-unguan, Ratna Sari Dewi menerima wartawan TEMPO Bambang Harymurti di apartemennya, lantai 19 Ritz Tower -- satu gedung dengan Osmena -- di New York, pekan lalu. Apartemen berkamar tidur satu itu tampak asri. Ruang tamunya yang berukuran 6 x 6 meter didominasi warna hijau tua, dihiasi berbagai suvenir dan sebuah patung. Pojok lemari antiknya dipenuhi foto Dewi dan tokoh-tokoh dunia. Lalu ada tempat buah terbuat dari marmer yang juga diisi dengan buah-buahan marmer. Dari apartemen ini bisa terlihat dengan bebas gedung-gedung pencakar langit Manhattan. Anda merencanakan lama tinggal di sini? Saya merencanakan tinggal di sini bersama anak perempuan saya, Karina, selama mungkin. Soalnya, sepuluh tahun terakhir ini saya jarang bersama anak saya, kecuali ketika Karina dua tahun sekolah di Jakarta. Jadi, setelah berpisah lama, saya merasa sebaiknya ibu dan anak tinggal bersama. Sebagai ibunya, saya dulu bertanggung jawab mendatangkan Karina ke Jakarta agar ia mengenal akarnya, dan supaya ia mengenal jati dirinya sebelum ia bersekolah di AS. Ia harus bertemu dulu dengan kakak-kakak tirinya. Tahun 1983 ia datang (dari Paris) setelah saya menyewa rumah di Jakarta. Ia belajar bahasa Indonesia, membatik, selain sekolah. Sekarang Karina telah lulus dan mulai bekerja di New York, dan saya ingin menemaninya. Ia sempat bekerja tiga bulan di sebuah surat kabar di Boston karena ia belajar ilmu politik dan komunikasi. Ia belajar di Pine Manor College di Boston. Ia mendapat tawaran menarik bekerja di Jepang tapi juga ditawari kerja di New York. Saya ini sudah bekerja keras selama sepuluh tahun di Indonesia. Sekarang saya tak punya waktu banyak. Putri saya sebentar lagi mungkin menikah. Dan hanya inilah waktu terbaik untuk dekat dengannya karena kalau sudah menikah ia akan mempunyai kehidupan sendiri. Apa yang sesungguhnya terjadi tanggal 2 Januari di Aspen itu? Ia (Osmena) mempunyai sekelompok teman yang selalu mencari gara-gara dengan memprovokasi saya. Selalu menghina saya, terutama sejak Agustus lalu. Kami bertikai tentang Imelda di Pulau Ibiza, lalu kami tak bicara. Padahal, saya sudah mengenalnya 20 tahun lalu, ketika ia masih miskin dan sama sekali tak dikenal. Anda datang ke pesta di Aspen karena diundang ? Ya, saya diundang Tuan dan Nyonya Manus, teman lama. Mereka mempunyai Hotel Jerome, dan kami ke sana dengan jet pribadi mereka, dan tinggal di Hotel Jerome. Saya datang tanggal 22 Desember dan ia (Osmena) datang kira-kira tanggal 29 Desember. Anda biasa merayakan Natal di Aspen? Ini yang pertama kali. Biasanya saya merayakannya di St. Moritz (Swiss) karena saya cinta salju, dan saya sudah main ski semenjak jadi pelajar. Di Jakarta saya hanya main golf dan berenang, tapi di luar negeri saya suka olah raga musim dingin. Lee Keating teman Anda atau teman Osmena? Tentu saja teman dia. Saya tak pernah bertemu dengan dia sebelumnya. Anda mengancam Keating dan hendak mencari gara-gara? Itu tidak benar. Orang-orang ini adalah tukang kibul. Lee Keating yang memulai gara-gara. Mula-mula Lee Keating menghina saya. Kemudian Steve Benson (Dewi menyebut ia pacar Osmena) dan Osmena bertikai dengan teman wanita saya, Victoria Zetney. Menurut Osmena, ketika itu ia sedang berdiri di dekat meja bufet dan tak melihat Anda. Tahu-tahu langsung kena gelas. Saya heran melihat orang seperti dia yang punya skenario untuk berbohong. Dia itu datang ke meja saya dan ia menghina saya. Saya betul-betul heran. Saya mempunyai banyak saksi. Ia berdiri di sebelah saya ketika ia bertikai dengan Victoria Zetney. Saya katakan padanya agar meninggalkan meja saya dan tidak mengganggu Victoria Zetney. Mengapa ia bertikai dengan Zetney? Tanya saja dia. Pada saat itu tentu suasana sudah memburuk .... No. Pertama kali Osmena memojokkan Victoria Zetney bersama Steve Benson. Dan Lee Keating adalah yang memulai menghina saya. Apakah ia mengatakan sesuatu yang kotor? Saya tak bisa mengatakannya. Sekarang saya bukan di pengadilan. Jadi, mereka mengeroyok teman Anda, lalu .... Ya. Tapi saya tak bisa mengatakannya lebih jauh karena hal ini harus diutarakan di persidangan. Nyonya Osmena mengatakan Anda cemburu pada dia dan mengatakan Anda sering menelepon teman prianya. Saya tak pernah memperhatikan mereka. Dia (Osmena) tak pernah menjadi saingan saya. Dia bukan siapa-siapa, dan akan tetap bukan siapa-siapa. Ini kekanakkanakan. Mengapa harus cemburu? Adalah dia (maksudnya Benson) yang menaruh lengannya untuk merangkul saya. Saya menelpon dia? Untuk apa? Saya mempunyai begitu banyak teman. Jadi, sebenarnya ada apa? Dia (Osmena) has a great admiration for me (kagum berat pada saya). Dia selalu memanggil saya my beauty, my beautiful. Kekaguman itu kemudian menjadi kecemburuan. Karena dunia saya tak bisa dimasukinya, bagaimanapun dia mencobanya. Ia tak akan pernah mencapai kaki saya. Pernahkah Anda menjadi teman baik dia? Lihat foto ini, apakah ini bukan teman (lalu ia menunjukkan foto bersama Osmena -- lihat foto halaman 22). Kata Osmena, Anda meminta nasihatnya sebelum mengontrak apartemen ini. Benarkah ia mengatakan begitu? Dia betul-betul pembohong! Saya mempunyai empat agen real estate. Saya ada di New York pada bulan Maret, Mei, lalu Juli. Pada bulan-bulan itu, melalui keempat agen itu, saya telah melihat ratusan apartemen. Dan salah satu agen menemukan apartemen ini berdasarkan pengantar dari Javier Hermez, yang tak ada hubungannya dengan dia. Ia mengatakan membantu saya mendapatkan apartemen ini? Ini benar-benar mengherankan saya! Apa ada kemungkinan Anda berdamai dengan Osmena? Tentu saja tidak. Anda gila apa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo