Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Catatan Harian

Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia, Todung Mulya Lubis, memiliki kebiasaan menulis catatan harian sejak 2009. Menuangkan pengalaman dan pemikiran sejak ia menjadi advokat, pegiat hak asasi manusia, hingga sekarang sebagai diplomat.

27 Maret 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Todung Mulya Lubis. Dok. Pribadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUTA Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia, Todung Mulya Lubis, gemar menulis catatan harian. Kebiasaan sejak dia menjadi pengacara dan pegiat hak asasi manusia itu berlanjut saat dia bertugas sebagai diplomat di Oslo, Norwegia, sejak 2018. "Saya setiap hari menulis catatan harian dan hampir tidak pernah absen sejak 2009," ujar Todung saat dihubungi, Selasa, 16 Maret lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Todung, 71 tahun, menerbitkan catatan hariannya dalam bentuk buku setiap tahun. Buku Catatan Harian Todung Mulya Lubis, Buku 1, yang terbit pada 2013, misalnya, merupakan catatan hariannya sepanjang 2009. Adapun buku ketiga adalah catatan hariannya pada 2011. Ketiga buku itu mengisahkan pengalaman dan pemikirannya saat menjadi pengacara dan aktivis pembela HAM.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Todung menulis catatan harian karena terinspirasi Aleksandr Solzhenitsyn, sastrawan Rusia yang menulis The Gulag Archipelago. Berkaca pada ketekunan Solzhenitsyn, mantan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia ini menyempatkan waktu untuk menuliskan apa yang dia pikirkan dan rasakan setiap malam sebelum tidur. "Lama-lama menjadi semacam kebiasaan," katanya.

Selama masa pandemi, Todung semakin intensif menulis catatan harian karena lebih sering berada di rumah akibat lockdown. Ia juga berencana membukukan pengalamannya sebagai duta besar. "Tapi belum bisa terbit segera, nunggu saya pulang dulu, he-he-he...." tuturnya.

Todung sedang mempersiapkan buku terjemahan disertasinya, buku dalam bahasa Inggris mengenai korupsi politik di Indonesia. Ia juga menyiapkan novel yang terinspirasi oleh pengalamannya sebagai advokat dua terpidana mati kasus narkotik asal Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus