Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Dekat Dengan Bung Tomo

Hariman Siregar, 31, naik haji untuk ke-3 kalinya. Selama di sana ia termasuk paling dekat dengan almarhum Bung Tomo, dan orang pertama yang mengetahui wafatnya Bung Tomo. (pt)

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARIMAN Siregar, 31 tahun, punya cerita sekitar wafatnya Bung Tomo. Ia barusan pulang haji untuk ketiga kalinya--yang pertama 1979, kedua 1980. "Karena panggilan," ujarnya sambil tertawa. "Orang-orang selalu bilang pergi haji itu karena panggilan. Nah, saya juga percaya itu." Selama di sana, bekas Ketua DM-UI yang lulus sebagai dokter 1977 itu termasuk yang paling dekat dengan almarhum Bung Tomo. Bahkan dimintai bantuan oleh tim kesehatan rombongan haji untuk ikut mengawasi kesehatan tokoh pejuang itu. Menurut ceritanya, Si Bung itu begitu sampai di Jeddah, 30 September, sudah sakit. Malah esoknya tak sadarkan diri, sehingga hari berikutnya--sampai 6 Oktober --harus dirawat di rumah sakit. Namun 7 Oktober Bung Tomo tetap pergi wuquf ke Arafah. Dan di sana, seusai sembahyang lohor, Hariman buru-buru pergi ke tenda Bung Tomo. Tapi "begitu sampai di sana saya lihat Bung Tomo sudah terbaring." Hanya masih sempat minta kepada Hariman agar dipanggilkan istrinya-- yang ketika itu sedang berkumpul di tempat syekhnya -- serta minta dibantu bersembahyang. Juga memesan telur dan es. Hariman memenuhi semua--termasuk yang terakhir. "Saya belikan es satu balok," katanya. Itu memang dibutuhkan untuk pertolongan darurat. Bung Tomo meninggal di hadapan dokter dan bekas tokoh "Peristiwa lima belas Januari" ini--sementara orang panitia haji waktu itu belum bisa menjumpai istri almarhum. "Saya memang orang pertama yang mengetahui wafatnya," kata Hariman. Ia juga ikut mengusung jenazah ke pekuburan. Bung Tomo dimakamkan di sebuah kubur berukuran 2 x 10 meter lebih--tanpa papan nama. Sehingga, kata Hariman, cukup sulit untuk mencarinya kembali kalau memang hendak dibawa ke mari. Sementara itu Bambang Sulistomo, putra Bung Tomo yang pergi ke sana, tak bertemu dengan Hariman lebih dulu. Sedang Hariman sendiri begitu sampai di sini langsung sibuk dengan pekerjaannya di Puskesmas. Kecuali itu bersama kawan-kawan "seperjuangan"-nya, antara lain Gurmilang, Salim Hutajulu dan Bram Zakir, tiap Sabtu sore berlatih main bola di Kuningan. Persisnya sejak 1978 Y dalam kesebelasan yang diberi nama Betah. Itu singkatan dari: bekas tahanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus