SIAPA saja yang pernah berjumpa Devan Nair, akan tahu dia bukan
biasa. Dia tidak akan mengurangi kemuliaan jabatan presiden,"
kata PM Lee Kuan Yew di muka Parlemen Singapura, minggu lalu.
Dan Devan Nair lantas terpilih sebagai presiden ketiga dari
republik yang penduduknya 2,4 juta jiwa itu.
"Di seberang pagar berduri, saya melihat lelaki India
berkacamata. Ia memakai celana pendek dan sandal," tutur Lee
mengisahkan perkenalannya dengan Devan Nair, pada suatu sore di
akhir November 1952. Waktu itu Nair termasuk 20 orang kader
komunis yang ditangkap dan dipenjara pemerintah kolonial
Inggris.
Lee Kuan Yew lalu membujuk bekas Sekjen Persatuan Guru Singapura
(1949-1951) itu bergabung ke Partai Aksi Rakyat yang
dipimpinnya. Bersama Lee, akhimya Nair ditangkap lagi--1956--dan
baru lepas tatkala partai mereka menang pemilihan umum, April
1959. Lee lalu mengangkat Nair menjadi menteri pendidikan.
Tapi kemudian mengundurkan diri, dan bekerja di St. Andrews
School, merangkap ketua Lembaga Gerakan Pelajaran Dewasa--sampai
terpilih jadi anggota Parlemen Malaysia, 1964. Di Malaysia Nair
sempat menjadi Ketua Partai Aksi Demokrat -- sebelum menjadi
warganegara Singapura pada 1969. "Saya membujuknya supaya
kembali," kata Lee lagi. "Saya katakan padanya bahwa gerakan
persatuan dagang Singapura harus dibangun lagi atas dasar dan
sikap yang berbeda."
Chengara Veetil Devan Nair, beragama Hindu, lahir di Malaka, 5
Agustus 1923. Ia hanya beberapa hari lebih tua dari PM Lee Kuan
Yew.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini