Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Air mata Dewi Lestari, 32 tahun, tak bisa dibendung. Tiba-tiba saja ia menitikkan air mata setelah membacakan puisi yang mengiringi lagu Firasat dalam konser Keajaiban Cinta di Balai Sarbini, dua pekan lalu. ”Kok, nangis ya,” katanya spontan. Padahal, baik ketika menciptakan puisi itu maupun sewaktu latihan dan gladiresik, Dee—sapaan akrabnya—tidak menangis.
Konser untuk memperingati 20 tahun perkawinan konduktor Addie M.S. dan Memes memang begitu romantis. Apalagi yang menyanyikan lagu itu adalah Marcell yang tak lain suaminya sendiri. Ekspresi dan penjiwaan ayah Keenan Sidharta itu ketika melantunkannya begitu mendalam. Marcell bahkan sempat berlutut menghadap Dee tatkala bait-bait puisi dibacakan dari laptop putih.
Puisi yang khusus diciptakan untuk penampilan malam itu antara lain berbunyi: ”Segalanya ada karena untuk dialami dan dipahami. Segalanya ada hanya untuk diterima dan berbahagia. Tiba-tiba, firasatku ingin aku untuk cepat pulang. Namun tidak sekarang. Entah kapan. Dan aku mulai menangis. Berbahagia.” Duh mesranya.
Selain puisi dan lagu, apa lagi yang menyatukan Dee dan Marcell? ”Sama-sama jujur dan berusaha berkomunikasi sejelas mungkin. Kalau ada friksi, kami nggak maksain harus menyelesaikan cepat-cepat. Kadang-kadang dibiarkan saja dengan waktu, sama-sama introspeksi dan tenangkan diri, sampai ada kesempatan lagi untuk bicara. Dan selalu ingat untuk ketawa. Humor is the best mediation.” Tertawa dan menangis memang perlu seimbang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo