Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SELAIN piawai sebagai penyiar radio, Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) Mohammad Rohanudin ternyata punya hobi membaca puisi. Sejak berpartisipasi dalam Konser Kebangsaan RRI dua tahun lalu, pria 61 tahun ini rutin berpentas di belasan kota.
Saat mentas di Palembang, misalnya, ia membacakan puisi berjudul “Firaun, Iblis, dan Ken Arok”. Dalam kesempatan lain, giliran puisi “Robek-robeklah Dadaku” yang dibacakannya di Pontianak. «Semua puisi bikinan saya sendiri,» kata Rohanudin saat dihubungi, Selasa, 10 Desember lalu.
Rohanudin tidak hanya aktif tampil di berbagai acara puisi. Pria asal Sumenep, Madura, ini juga memiliki kanal YouTube yang berisi pembacaan puisinya. «Ada sekitar 20 puisi saya di dalamnya,» ujarnya.
Kesukaannya pada puisi tumbuh sejak belia. Saat duduk di kelas III sekolah menengah pertama, ia menulis puisi pertamanya yang berjudul “Senja”. Ketika menulis puisi yang terdiri atas dua baris itu, ia tengah duduk di langgar dekat rumahnya dan terinspirasi seruan azan magrib.
Rohanudin makin keranjingan puisi saat berkarier sebagai penyiar radio dan berinteraksi dengan D. Zawawi Imron, penyair asal Sumenep yang juga seniornya di sekolah. Menurut dia, puisi-puisi Zawawi serupa dengan karya penyair idolanya, W.S. Rendra. «Puisi-puisinya kritis terhadap situasi sosial yang ada,» ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo