Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LAGU Merakit dalam album terbaru berjudul sama karya Yura Yunita erat kisahnya dengan kelompok difabel. Yura menciptakan lagu itu setelah bertemu dengan kawan tunanetra di sebuah yayasan.
Setelah albumnya dirilis September tahun lalu, dalam suatu kesempatan, Yura bertemu dengan Galuh Sukmara, teman tuli yang memiliki yayasan pendidikan untuk anak tuli di Bekasi. Galuh mengatakan lirik lagu Merakit sangat berkesan bagi kawan tuli sepertinya. Galuh lantas mengajak Yura menerjemahkan liriknya ke dalam bahasa isyarat agar lebih banyak teman tuli bisa menikmatinya.
Mulanya Yura bingung bagaimana menerjemahkan lagunya ke dalam bahasa isyarat. Setelah berbincang dengan Galuh, Yura paham bahwa bahasa isyarat juga bisa digunakan untuk menyampaikan makna yang tak harfiah. Teman tuli juga bisa menikmati lagu lewat getaran. “Ternyata bahasa isyarat juga punya ‘bahasa sastra’-nya, tidak hanya bahasa sehari-hari,” tutur Yura di kantor Tempo, Selasa, 10 Desember lalu.
Hanya sehari Yura didampingi penerjemah bahasa isyarat untuk berbincang dengan Galuh. Hari berikutnya, ia diminta menggunakan bahasa isyarat semampunya. Ia merasakan pengalaman menarik saat proses penerjemahan lagunya. Ada suatu waktu Galuh meletakkan tangan di pengeras suara atau di bagian dada dan punggung Yura untuk merasakan getaran dan tempo dari lagu itu. Irama turut dicatat. Semua itu, kata dia, menjadi unsur penting untuk menentukan bahasa isyarat lagu tersebut.
Yura mengaku kini bisa lebih luwes berkomunikasi dengan teman tuli. “Sama saja kalau ketemu orang asing dari Jepang atau Eropa, bahasa kita beda. Tapi jangan takut mencoba,” ucapnya. Album terbarunya itu meraih AMI Award 2019 untuk kategori album pop terbaik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo