"SAYA membaca segala macam buku dari kecil", kata H.B. Jassin,
yang bulan Juli nanti usianya 60 tahun. Katanya lagi: "Buku-buku
ayah, saya ambil diam-diam dari lemari. Saya baca. Juga majalah
porno, kehidupan Paris, gambar-gambar telanjang"
Kritikus sastra Indonesia, pemilik dokumentasi tentang
kesusastraan dan kebudayaan terlengkap di negeri ini, Sabtu 21
Mei lalu, telah memberikan ceramah dengan judul 'Hidup
saya-dengan buku'.
Dia biasanya terkenal sebagai orang pendiam dan pemalu.
Berbicara di depan umum jarang sekali dia lakukan. Sekali pernah
di tahun 1967. Kemudian tahun kemarin, ketika berbuka puasa di
depan para ulama DKI, berhubungan dengan karya Jassin
menterjemahkan Qur'an. Minggu kemarin ketika dia memasuki
gedung, banyak yang mengelu-elukannya. Ini membuat Jassin risi.
"Kok seperti pahlawan kebudayaan yang pantas ditiru. Padahal
saya banyak kekurangan", gumam Jassin.
Ketika dia masih duduk di HBS, ia mengaku sulit sekali belajar
ilmu pasti. "Saya pernah belajar sampai 8 jam sehari", kata
Jassin, tapi stereometri dapat nilai lidi. Kimia cuma bisa
mencapai angka tiga. Tapi untuk sastra, angka delapan sering
diraihnya.
Tamat dari Fakultas Sastra UI tahun 1957, ia kemudian meneruskan
di Universitas Yale di AS. Dan tahun 1975 Jassin mendapatkan
gelar doktor HC dari almamaternya. Peranannya sebagai kritikus
sastra menonjol sekali. Sikapnya dalam mengkritik, tidak pernah
mengadakan serangan total. "Kalau saya mengkritik keras, saya
malu bertemu dengan orangnya", ujarnya.
Kekayaannya berupa dokumentasi yang jumlahnya ribuan (mulai dari
buku Ilmu Hayat sampai dengan surat cinta beberapa seniman).
Konon ini harganya ditaksir sekitar 150 juta rupiah. "Sekarang
saya milyuner", katanya sambil tersenyum. Milyuner benar atau
bukan, Jassin sekarang memiliki sebuah rumah di Jelambar,
Jakarta Barat. Separuh dari harga rumah yang Rp 18 juta itu
dibayar oleh pemerintah DKI. Sebuah mobil Honda Civic warna
jingga membuat orang-orang tidak melihat lagi H.B. Jassin jalan
kaki di sepanjang jalan Diponegoro.
"Saya punya uang simpanan 10 juta", tambahnya lagi, "tapi dengan
kekayaan itu saya jadi bimbang. Mobil yang diberi rakyat melalui
Gubernur mahal sekali perawatannya. Kemarin saya terlambat
membayar SP3D. Saya gelisah untuk mengisi dapur. Gelisah
memikirkan Rp 300.000 untuk sisa angsuran rumah tiap bulannya".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini