Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Dokumentasi sastra dan budaya

Nilai koleksi h.b. jassin,60, rp 150 juta. menterjemahkan al-qur'an, mendapat bantuan rumah dan kendaraan dari gubernur dki.

4 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SAYA membaca segala macam buku dari kecil", kata H.B. Jassin, yang bulan Juli nanti usianya 60 tahun. Katanya lagi: "Buku-buku ayah, saya ambil diam-diam dari lemari. Saya baca. Juga majalah porno, kehidupan Paris, gambar-gambar telanjang" Kritikus sastra Indonesia, pemilik dokumentasi tentang kesusastraan dan kebudayaan terlengkap di negeri ini, Sabtu 21 Mei lalu, telah memberikan ceramah dengan judul 'Hidup saya-dengan buku'. Dia biasanya terkenal sebagai orang pendiam dan pemalu. Berbicara di depan umum jarang sekali dia lakukan. Sekali pernah di tahun 1967. Kemudian tahun kemarin, ketika berbuka puasa di depan para ulama DKI, berhubungan dengan karya Jassin menterjemahkan Qur'an. Minggu kemarin ketika dia memasuki gedung, banyak yang mengelu-elukannya. Ini membuat Jassin risi. "Kok seperti pahlawan kebudayaan yang pantas ditiru. Padahal saya banyak kekurangan", gumam Jassin. Ketika dia masih duduk di HBS, ia mengaku sulit sekali belajar ilmu pasti. "Saya pernah belajar sampai 8 jam sehari", kata Jassin, tapi stereometri dapat nilai lidi. Kimia cuma bisa mencapai angka tiga. Tapi untuk sastra, angka delapan sering diraihnya. Tamat dari Fakultas Sastra UI tahun 1957, ia kemudian meneruskan di Universitas Yale di AS. Dan tahun 1975 Jassin mendapatkan gelar doktor HC dari almamaternya. Peranannya sebagai kritikus sastra menonjol sekali. Sikapnya dalam mengkritik, tidak pernah mengadakan serangan total. "Kalau saya mengkritik keras, saya malu bertemu dengan orangnya", ujarnya. Kekayaannya berupa dokumentasi yang jumlahnya ribuan (mulai dari buku Ilmu Hayat sampai dengan surat cinta beberapa seniman). Konon ini harganya ditaksir sekitar 150 juta rupiah. "Sekarang saya milyuner", katanya sambil tersenyum. Milyuner benar atau bukan, Jassin sekarang memiliki sebuah rumah di Jelambar, Jakarta Barat. Separuh dari harga rumah yang Rp 18 juta itu dibayar oleh pemerintah DKI. Sebuah mobil Honda Civic warna jingga membuat orang-orang tidak melihat lagi H.B. Jassin jalan kaki di sepanjang jalan Diponegoro. "Saya punya uang simpanan 10 juta", tambahnya lagi, "tapi dengan kekayaan itu saya jadi bimbang. Mobil yang diberi rakyat melalui Gubernur mahal sekali perawatannya. Kemarin saya terlambat membayar SP3D. Saya gelisah untuk mengisi dapur. Gelisah memikirkan Rp 300.000 untuk sisa angsuran rumah tiap bulannya".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus