Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Derlin Julianto membawa medali emas dari Asia Invitational Taekwon-Do Champhionship di Malaysia.
Ia satu-satunya wakil Indonesia dalam kejuaraan Asia Invitational Taekwon-Do Champhionship itu.
Tak sengaja mempelajari taekwondo karena ingin mengejar impian sebagai tentara.
Prestasi membanggakan datang dari cabang olahraga taekwondo. Derlin Julianto, mahasiswa D-III Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Malang, meraih medali emas dalam kejuaraan Asia Invitational Taekwon-Do Champhionship di Penang, Malaysia, pada 3-4 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemenangan pertama Derlin di kejuaraan internasional itu menjadi bukti bahwa kerja keras tak pernah menghianati hasil. Pasalnya, Derlin mempelajari taekwondo dari nol mulai 2018. "Selama ini saya berfokus latihan dan persiapannya cukup bisa dibilang matang," kata Derlin kepada Tempo, Rabu, 21 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Derlin meraih gelar juara di tingkatan sabuk merah kelas 63-70 kilogram setelah membekuk perwakilan tuan rumah. Kejuaraan tersebut diikuti sekitar 800 peserta dari 10 negara Asia. Derlin satu-satunya wakil Indonesia yang berpartisipasi setelah mendapat undangan langsung dari pihak International Taekwon-Do Federation (ITF) Malaysia.
Selama pertandingan internasional perdananya itu, pemuda 22 tahun ini mengaku tak banyak menemui kendala berarti saat menghadapi lawan. Kendati postur tubuhnya lebih pendek daripada lawan-lawannya yang lebih dari 170 sentimeter, Derlin sudah menyiapkan strategi dalam menghadapi mereka.
Masalah justru datang dari pendanaan. Derlin sempat kesulitan untuk berangkat karena ketiadaan biaya. Beruntung, pihak kampus mau memberikan bantuan untuk mendanai tiket pesawat.
Terjun menjadi atlet taekwondo sebetulnya bukan cita-cita pemuda asal Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, itu. Sejak remaja, aktivitas dan hobinya jauh dari dunia bela diri. Ia lebih senang menyanyi, mengikuti marching band, dan kasidah. "Kalau bertarung gitu enggak ada basic sama sekali. Karena saya enggak suka berantem," ujarnya.
Derlin Julianto menyabet medali emas kejuaraan taekwondo internasional, Asia Invitational Taekwon-Do Champhionship di Malaysia, 4 Juni 2023. Dokumentasi Pribadi
Ia tak sengaja mempelajari taekwondo karena ingin mengejar impian sebagai tentara. Saat itu, tantenya di Kota Malang menawarkan Derlin untuk mencoba olahraga tinju atau taekwondo sebagai bekal persiapan tes calon prajurit TNI. Pilihan Derlin jatuh pada taekwondo.
Hari pertama bergabung dengan klub, sang pelatih langsung memintanya untuk mengikuti kejuaraan kickboxing. Derlin sempat pesimistis dan tidak berani mengikuti pertandingan. Apalagi, seumur-umur, ia belum pernah bertarung dengan orang lain. Bahkan, dirinya mengaku sempat menjadi korban perisakan di sekolah dasar hingga SMP.
Derlin akhirnya memberanikan diri mendaftar kejuaraan itu karena sang pelatih terus mendorongnya. Setelah dua pekan berlatih, Derlin menjajal kemampuannya dalam sebuah turnamen kickboxing di Surabaya pada Desember 2018. "Pas main ternyata dapat medali, tapi juara tiga. Sensasi kena pukul atau pukul orang langsung dapat," ucapnya.
Anak bungsu dari dua bersaudara ini akhirnya berani bertarung dalam pertandingan resmi. Pada 2019, Derlin sempat mendapatkan rekomendasi untuk mengikuti turnamen kickboxing terbuka di Singapura. Sayangnya, hajatan itu batal terlaksana karena pemerintah Singapura memutuskan lockdown akibat virus corona. Jadi, selama pandemi, Derlin pun hanya berfokus latihan.
Medali emas Derlin Julianto saat menjuarai Asia Invitational Taekwon-Do Champhionship di Malaysia, 4 Juni 2023. Dokumentasi Pribadi
Gagal meraih impian sebagai prajurit tak lantas membuat Derlin menyerah dengan olahraga bela diri. Ketika memutuskan kuliah pada 2021, Derlin tetap konsisten berlatih sampai akhirnya menerima undangan dari ITF untuk mengikuti kejuaraan taekwondo di Malaysia.
Pemuda kelahiran 31 Juli 2000 tersebut kini tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan taekwondo di tingkat provinsi serta kejuaraan internasional lainnya dalam waktu dekat. Walau sudah berprestasi, Derlin tak menyebut profesi atlet sebagai tujuannya. Ia justru berkeinginan menjadi pengusaha dan petani selepas lulus kuliah. Apalagi orang tua Derlin juga pernah menjadi petani kakao dan kopra.
"Lihat sekarang orang-orang sudah jarang mau jadi petani. Sekarang, ya penginnya petani sama peternak, karena basic saya sudah pernah usaha ayam kampung."
Di luar latihan bela diri, Derlin merupakan mahasiswa yang cukup aktif dalam berorganisasi. Ia bergabung sebagai relawan Muhammadiyah, menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Jurusan, dan Ketua Organisasi Daerah Sulawesi Tenggara di seluruh Malang.
Selain organisasi, Derlin mengisi waktu luangnya sebagai pengemudi ojek online dan pengajar olahraga di sekolah internasional di Malang. Menurut dia, semakin banyak aktivitas yang ia lakukan bisa membangun relasi. "Bagi saya, rezeki itu bisa dari kegiatan yang kita ikuti. Mungkin bisa dari situ."
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo