Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam waktu kurang dari sepekan, Eros Djarot, 56 tahun, mencipta dua karya. Pertama, buku Rapor Indonesia yang diluncurkan dua pekan lalu dalam pesta ulang tahunnya. Kedua, sebuah lagu tentang sastrawan Pramoedya Ananta Toer.
”Pram itu biarpun tercabik-cabik masih terus menulis,” ujar sutradara film Tjoet Njak Dhien itu pada peringatan seratus hari meninggalnya Pram di Goethe Haus, Jakarta, pekan lalu. Sebagai orang yang terpenjara, kata Eros, Pram justru lebih banyak mengenal dunia daripada orang bebas. ”Dia bisa bercerita dunia tanpa batas.”
Eros bercerita, saking kagumnya pada Pram, ia ngebet ingin ketemu begitu mende-ngar Pram keluar dari penjara Pulau Buru. Kesempatan bertemu itu datang 25 tahun lalu. Tapi ia terkejut. ”Saya pikir orangnya sangar, eh ternyata lemah lembut,” ucapnya.
Nah, adik aktor dan sutra-dara film Slamet Rahardjo- Djarot ini memper-dengar-kan lagu berjudul Kepada -Pramoedya ter-sebut pekan lalu. Nuansa lagu ini mirip la-gu cipta-an Eros terdahu-lu yang dahsyat: Badai -Pasti Berlalu. Uniknya, lagu itu di-nyanyi-kan oleh paduan suara kawan-kawan Pram dan penyanyi lawas Endang S. Taurina. Lho, kok keroyokan? Eros hanya tersenyum tak menjawab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo