Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI kalangan internal Komisi Pemberantasan Korupsi, Febri Diansyah, 34 tahun, kerap dijuluki tukang jungkir-balik. Panggilan ini mengacu pada insiden yang dialami juru bicara KPK itu saat menjalani pendidikan dan pelatihan awal pegawai KPK pada November 2013.
Febri bersama seratusan pegawai KPK lain digembleng di Pusat Pendidikan Komando Pasukan Khusus di Batujajar, Jawa Barat, selama dua bulan. Mereka menjalani rutinitas laksana tentara: bangun sebelum subuh, senam, lari, sarapan, lalu apel pagi. Suatu hari, Febri mengantuk bukan kepalang. Ia pun tertidur berdiri saat upacara. Komandan pelatihan memergoki dan langsung menghukumnya jungkir-balik sampai 20-an meter. "Hilang sebentar, tapi habis itu ngantuk lagi. Saya sempat kembali tertidur saat pengarahan setelah apel," kata Febri, diikuti tawa, Kamis dua pekan lalu.
Empat tahun berselang, ledekan tidur berdiri itu tak lepas dari Febri. Ia merasa menjadi korban situasi karena tahu betul ada beberapa kawannya yang juga kerap ketiduran. "Tapi mereka tidak ketahuan," ujarnya.
Mantan peneliti di Indonesia Corruption Watch ini menuding ketiadaan kopi sebagai penyebab matanya terus-menerus berat. Dua bulan di Batujajar, rutinitas Febri menyeruput kopi tak sekali pun kesampaian. Tapi serangan kantuk itu hanya terjadi pada dua pekan pertama karena badannya belum terbiasa dengan rutinitas latihan pasukan khusus TNI Angkatan Darat tersebut. Selanjutnya, ia merasa lebih bugar dan bobotnya sempat menyusut 3 kilogram. Lalu apakah Febri tertarik kembali masuk barak Kopassus jika ada kesempatan lain? "Lebih baik saya berfokus ke pekerjaan saja," katanya, tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo