TATI Saleh, biang jaipongan, 24 Juli lalu terharu sejenak
sewaktu bangun tidur, di rumahnya di Bandung. Ibunya mencium
pipinya sambil mengucapkan selamat ulang tahun. Dan di ruang
makan telah pula tersedia nasi kuning buat syukuran.
Raden Tati Hadijah, nama lengkapnya, pagi itu genap 3, tahun.
"Kalau nggak dicium ibu saya lupa kalau hari itu harlah saya,"
tutur anak bungsu ini.
Nama Tati sebenarnya tak hanya beken akhir-akhir ini saja --
sehubungan dengan tari jaipong ciptaan Gugum Gumbira Tirasonjaya
yang dibawakannya lima tahun lalu itu. Tahun 1960-an piringan
hitam Remaco mengeluarkan hit lagu Sunda, dan Es Lilin beserta
Hariring Kuring yang dinyanyikan Tati jadi ngetop. Tati memang
siswa Sekolah Konservatori Karawitan Bandung angkatan 1965.
Dalam waktu dekat ini pun dua rekaman kasetnya segera beredar.
Judulnya Genjlong Jaipong (heboh jaipong) dan Enjing Deui,
dua-duanya jaipongan.
Ibu tiga anak dan istri seorang pemborong ini tetap singset dan
seksi. Suaranya pun tetap empuk, tidak sember. "Saya tak pantang
makan apa-apa. Yang pedas-pedas apalagi. Pasti saya sikat,"
ujarnya sambil mengangkat alisnya yang tebal itu.
Tingginya sekitar 159 cm dan beratnya 59 kg. Akhir-akhir ini dia
kurang tidur. "Sudah lama saya menderita insomnia. Apalagi kalau
ada masalah," katanya. "Saya baru bisa tidur sekitar pukul tiga
dinihari, dan sudah bangun pukul 9 pagi." Lelah bergitek goyang
geol, 'kali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini