BELUM genap 24 jam menginjak Jepang, Mayjen Boesyiri
Soeryowinoto, 57 tahun, meninggal Rabu malam minggu lalu.
Gubernur Irian Jaya ini bertolak ke Tokyo Selasa petang,
didampingi istri dan putranya, untuk menjalani operasi empedu
dan mengeluarkan batu dari kandung kencingnya. Tapi ternyata
liver yang diidapnya kambuh dan lebih dahulu merenggut jiwanya.
Jenazah bekas Dubes Indonesia untuk Papua Nugini itu tiba di
Jakarta Kamis petang. Setelah disemayamkan di rumahnya di
Kebayoran Baru, esoknya dikebumikan di TMP Kalibata.
Ada peristiwa yang patut dicatat selama tugasnya sebagai dubes,
sebagai petunjuk lancarnya hubungan kedua negara. Seperti
kunjungan PM Michael Somare ke Jakarta dan Presiden Soeharto ke
PNG. Dan selesai tugasnya di Port Moresby, posnya dipindah cuma
beberapa ratus kilometer ke barat, ke Jayapura -- 1981.
Di situ Boesyiri, berperawakan agak kecil dan berkumis tipis
panjang, banyak menghadapi soal politik seperti gerakan OPM yang
antara lain sempat memasang benderanya di gubernuran, dan aksi
di perbatasan yang kelihatan agak meningkat. Ia tidak memberi
tekanan pada soal pertanian -- cengkih, misalnya, seperti
pendahulunya Soetran. Tapi Boesyiri sedikitnya sebulan sekali
muncul di tengah penduduk pedalaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini