KARENA malu herpangkat prajurit--waktu revolusi dulu--setiap
pulang dari markas ke rumahnya di Krapyak Kidul, Pekalongan,
diam-diam pangkat itu dicopot dan digantinya dengan pangkat
sersan mayor. Sebab, di masa itu, "itulah pangkat yang paling
hebat," tutur prajurit yang kini berpangkat Letien dan Menteri
Penerangan itu.
Ali Murtopo mengenang dan meruturkan kembali masa lalunya, di
hadapan sekitar 400 orang ex anggota Resimen 17 plus isteri
mereka awal bulan ini, dalam acara halal-bihalal di hlaman
rumah Mayjen Iskandar Ranuwiharjo di Pekalongan. "Di sini dulu
saya sering main kasti bersama anak Asisten Wedana dan Dahlan,
adik Mayjen Iskandar, " lanjutnya. "Juga saya dilatih kepanduan
Hisbul Waton oleh Meneer Udin di lapangan ini," tuturnya lagi,
sambil menunjuk tempat para hadirin duduk.
Dalam sambutannya yang sekitar satu jam itu dia mengaku: "Ketika
saya betul-betul berpangkat sersan mayo pangkat itu pernah
diturunkan lagi gara-gara saya tak mau ikut hijrah," katanya.
Tapi ketika dia dan Resimen 17-nya berhasil menumpas
pemberontakan PKI di Madiun, pangkatnya dinaikkan lagi
--langsung jadi letnan dua. "Saya bangga pad resimen ini,"
ungkapnya.
Menurutnya, pemberontakan PKI tidak cuma terjadi 2 kali, tapi 3
kali. Yang pertama pemberontakan komunis Daerah di Pekalongan
yang dipimpin Kutil, yang berhasil ditumpas Resimen 17 bersama
orang-orang Hisbullah--bersenjatakan 10 bedil Resimen dan 15
lagi pinjaman dari polisi--"dengan sikap sendiri, tindakan
sendiri dan putusan sendiri." Hal itu pernah dipersoalkannya
dengan Kepala Pusat Sejarah ABRI, agar dicatat. Juga
pemberontakan komunis yang pertama itu pernah dikemukakannya di
Cornel University AS pada Marxist Section. Dalam Public Lecture
di Eastwest Centre, Hawaii, "dan di universitas-universitas
lain, hal itu pernah saya. bicarakan juga," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini