Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Hanya menerima

Pihak unsw (university of new south wales) minta maaf. gelar yang diberikan kepada ratu hemas, zuraida rosihan anwar, toety azis, dan herawati diah terpaksa dicabut. gkr hemas menyerahkan kembali selempang dan ijazah aspal dari unsw di keraton yogyakarta dengan sedih.

19 Juni 1993 | 00.00 WIB

Hanya menerima
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
IBARAT film, drama kekisruhan pemberian gelar dari University of New South Wales (UNSW), Australia, kepada empat wanita Indonesia berakhir dengan sad ending. Itu tergambar ketika utusan khusus dari UNSW, Wakil Rektor John Niland, menjelaskan duduk perkara pemberian gelar Master of Aesthetics and Visual Literacy (MAVL), Rabu pekan lalu, di Istana Yogyakarta. Gelar sarjana estetika dan budaya kata yang membuat kalangan universitas di Australia geleng-geleng kepala diberikan kepada Gusti Kanjeng Ratu Hemas Zuraida Rosihan Anwar, penasihat senior Persatuan Istri Wartawan Indonesia Toety Azis, pemilik, pemimpin umum, dan pemimpin redaksi harian Surabaya Post dan Herawati Diah, penerbit dan editor koran The Indonesian Observer, November tahun silam. Baru April lalu muncul polemik, setelah keluar keterangan dari UNSW yang intinya tidak mengakui pemberian gelar itu. Karena, menurut mereka, meskipun selama ini Council of Aesthetics and Visual Literacy sering bekerja sama dengan UNSW, tidak serta-merta bisa memberikan gelar dengan mengatasnamakan UNSW. Selidik punya selidik, yang namanya Lucy Hertz, si pemberi gelar, yang mengaku bertitel profesor doktor, memang tidak beres. Wanita gaek yang bertubuh kecil dan berkacamata tebal itu ternyata tidak tercatat sebagai seorang staf UNSW, bukan seorang profesor, apalagi doktor. Karena itu, pihak UNSW akan memperkarakan Hertz, yang menurut Niland, telah menjurus melakukan tindak kriminal. Bagaikan ingin mengulang awal kisah, penjelasan dan permohonan maaf pihak UNSW dilakukan di Keraton Yogyakarta. Ketika GKR Hemas menyerahkan kembali keempat selempang dan ijazah ''aspal'' itu kepada Niland, ia kelihatan sedih. ''Saya memang terharu, karena selama ini kabar yang tersiar memojokkan kami, seolah-olah gelar tersebut hasil rekayasa, membeli dari UNSW,'' kata permaisuri Sultan Hamengkubuwono X ini. Sri Sultan, yang selalu berada di dekat istrinya, menimpali: ''Permintaan maaf UNSW harus mereka tujukan juga kepada penerima yang lain,'' yang hari itu tak hadir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus