SEPERTI sebelumnya, hari jadi ke-72 Presiden Soeharto dirayakan dengan sederhana. Di rumah kediaman Jalan Cendana, Jakarta, Selasa malam pekan lalu, selamatan ulang tahun hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat Pak Harto. Diawali pembacaan doa yang dipimpin putri sulung Pak Harto, Ny. Siti Hardiyanti Rukmana yang akrabnya dipanggil Mbak Tutut, dilanjutkan dengan pemotongan nasi tumpeng. Mbak juga menyerahkan kado berupa buku: Jejak Langkah Pak Harto 1987-1992, hasil cetak PT Citra Lamtorogung, salah satu perusahaannya. Kado lain kalau ini bisa disebut demikian justru datang empat hari sebelumnya. Pak Harto, oleh Peraga Indonesia, dipilih sebagai salah satu dari 10 pria dan 10 wanita berbusana rapi dan serasi untuk tingkat ASEAN (The Best Dressed of ASEAN) 1993. Selain Pak Harto tercatat pula antara lain, PM Singapura Goh Cok Tong, dan bekas presiden Filipina, Corazon Aquino. Pak Harto terpilih karena dinilai setiap tampil selalu mengutamakan busana dalam negerinya, mengerti dan paham tata cara busana. Sebuah sumber menyebut, Pak Harto memang selalu memakai busana buatan dalam negeri. Untuk jas, Pak Harto punya langganan penjahit tua Djiefen di bilangan Krekot, Jakarta. ''Meladeni Pak Harto enak, beliau tidak rewel, seadanya saja,'' ujar si tukang jahit itu kepada Linda Djalil dari TEMPO. Katanya, sejak enam bulan lalu, ukuran baju Pak Harto berubah, ''menjadi lebih besar.'' Soal ongkos jahit, Presiden RI ini dikenai tarif seperti yang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini