"SAYA tidak kecewa. Dalam hati kecil saya tidak ada niat untuk mengikuti kirab," kata Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Permaisuri Sultan Hamengku Buwono X ini duduk di kursi yang disediakan di Pagelaran selama suaminya kirab mengelilingi Keraton Yogyakarta Rabu pekan lalu. Sesekali, G.K.R. Hemas memandang ke Alun-Alun Utara, kalau-kalau Kereta Garuda Yaksa yang dinaiki suaminya tiba. Usai magrib, baru suaminya muncul, dan sebagai istri raja, Ratu Hemas menyongsongnya. Tata cara itu mau tak mau harus dilalui Tatiek Drajad Suprihastuti, 37 tahun, nama asli Ratu Hemas. "Gelar yang saya sandang semakin berat. Dalam segala tindakan, saya dituntut untuk lebih hati-hati," katanya. Meskipun begitu, ibu lima putri ini masih ingin diperlakukan seperti dulu. "Jangan kucilkan kami dari pergaulan." Ia, misalnya, masih ingin merayakan HUT di warung bakmi Kampung Suryowijayan, seperti yang dilakukannya tahun lalu. Atau merayakan ulang tahun anaknya bersama warga Kali Code, seperti yang dilakukannya delapan hari sebelum suaminya naik takhta. Atau muncul di seminar kecantikan membacakan makalah. "Saya akan sangat senang dan bahagia," kata mantan peragawati ini. "Itu memang dunia saya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini