TAK ada pengumpulan pendapat, tapi diduga dialah duta besar yang paling populer dalam dasawarsa terakhir ini di Jakarta. Paling tidak, itu bisa dilihat dari bagaimana Paul Wolfowitz beredar. Masih dalam usia 45 tahun, ia seperti tak pernah habis energinya. Dia tak cuma giat di kantor dan beredar di kalangan resmi. Dia naik Gunung Merapi, dia main tenis di banyak tempat, dia ikut lomba masak untuk pria (dapat hadiah nomor 3), dan dia bergaul dengan hampir semua kalangan. Suatu ketika dia datang ke pesantren dan membuka pidatonya, dalam bahasa Indonesia, dengan "Assalamualaikum ...". Dengan begitu, ia telah mempromosikan AS di mata orang Indonesia. Tapi ada yang mengatakan ia juga secara tak disengaja mempromosikan Indonesia di mata orang asing. "Kalau Duta Besar AS bisa pergi ke mana-mana di Indonesia dengan begitu bebas," konon kata seorang asing, "maka berarti Indonesia adalah tempat yang aman." Untuk itulah Paul dan istrinya, Clare, yang pandai menari Jawa, mendapatkan banyak teman. Dan Ahad pekan lalu, TEMPO -- di antara begitu banyak temannya -- membuat satu resepsi melepas Wolfowitz yang harus segera balik ke Washington DC. Pada makan siang di halaman luar Hotel Hilton di Jakarta itu, Paul menerima kado sebuah peci dan selembar sarung pelekat. Kado untuk Clare: selendang batik. Lalu dikenakanlah peci serta sarung pelekat itu terus-menerus, selama makan siang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini