MENGENAKAN kebaya merah dan selendang batik hitam, Dewi Dja, 68
tahun, mengucapkan "Assalamu alaikum" ketika memasuki Restoran
Atitya Loka, Museum Satria Mandala, Jakarta, pekan lalu. Siang
itu penerbit Sinar Harapan mengadakan jumpa pers memperkenalkan
buku kisah hidup Dewi Dja, Gelombang Hidupku.
Buku 318 halaman itu ditulis Ramadhan K.H. yang beberapa tahun
belakangan ini tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat. Dewi Dja
akan memperoleh 5% hasil penjualan buku ini, sama dengan yang
diterima Ramadhan. "Saya sendiri belum membacanya," kata Dewi
Dja.
Dewi Dja, terlahir Misria (kemudian diganti menjadi Sutidjah,
karena terus-terusan sakit), menetap di Amerika Serikat sejak
1939. Waktu itu ia merupakan bintang dari rombongan The Royal
Balinese Dancers yang semula bernama Dardanella. Sejak Agustus
lalu Dewi Dja mengunjungi Indonesia.
Antara lain ke makam Bung Karno di Blitar. Karena ingin bisa
dimakamkan dekat Bung Karno, Dewi Dja minta izin membeli tanah
150 m2 di pekuburan umum di samping makam Bung Karno. Gagal.
Pemerintah daerah hanya mengizinkannya memperoleh "kapling"
untuk satu liang kubur. "Tapi saya tak menyesal. Maksud saya,
tanah itu juga untuk gallery dari apa yang saya miliki selama
ini," katanya.
Kini ia merencanakan mendirikan Museum Dewi Dja. "Kerabat saya
kini sedang menjajaki daerah Kepanjen, Malang, Jawa Timur,"
katanya. Ia sudah menyiapkan US$ 20.000 (Rp 13 juta). Museum itu
juga akan menjadi tempat tinggalnya. "Barangkali saya Juga akan
tenang dikubur di situ."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini