KETIKA melawat ke Jepang, Alexander I. Solzhenitsyn, 63 tahun
menggunakan nama palsu dan sering menyamar. Atas undangan
Radio Japan, penulis Rusia yang meraih hadiah Nobel (1970) itu
mendatangi berbagai tempat tanpa dikenal orang ramai. Seorang
kepala sekolah, misalnya, baru mengetahui tamunya adalah
Solzhenitzsyn sesudah ia membacanya di surat kabar.
Dari Jepang, dia berkunjung ke Taiwan. Lembaga Sastra Wu
San-Lien sebelumnya meminta redaksi berbagai media cetak dan
elektronik supaya mengadakan konsensus untuk merahasiakan
kedatangan Solzhenitsyn. Penulis tenar ini rupanya khawatir
sekali akan keselamatan dirinya kalau berita kehadirannya
tersiar luas. Sejak bermukim di Amerika Serikat tahun 1974 dia
konon merasa diintai terus oleh KGB, dinas rahasia Uni Soviet.
Seperti halnya di Jepang, polisi Taiwan pun berjagajaga terus,
melindungi Solzhenitsyn. Tapi Cina Times di Taipei melanggar
konsensus, lantas memberitakan kedatangannya. Akhirnya semua
surat kabar Taipei pekan lalu memberikan ruang yang cukup
panjang untuk kegiatan Solzhenitsyn sehari-hari. Banyak wartawan
berlomba membuntutinya ke mana saja ia pergi di Taiwan itu.
Bahkan segala makanan dan tidurnya diberitakan.
Solzhenitsyn berkenan memberikan ceramah. Banyak peminat
meminta kartu undangan. Tapi undangan, kata jurubicara Lembaga
Sastra Wu San-lien, pasti tidak tersedia untuk China Times. Toh
tiga jaringan televisi Taiwan menyiarkan ceramah itu yang, tentu
saja, menyimpulkan bahwa "tidak ada komunis yang baik."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini