Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panasnya hubungan Indonesia-Australia membuat Duta Besar Nadjib Riphat Kesoema, 60 tahun, ditarik ke Jakarta. Tugas di Negeri Kanguru dirasakannya tak hanya berat secara profesional, tapi juga secara emosional. Gara-gara bertugas di Canberra, Nadjib terpaksa berpisah dengan kucing kesayangan keluarganya. "Saya kangen Miu-miu (nama si kucing)," ujarnya.
Kucing anggora betina berwarna putih itu sudah tinggal bersama keluarganya sejak 2004. Ketika Nadjib ditempatkan di Brussel sebagai Duta Besar Belgia pada 2006-2010, sang kucing ikut serta. Miu-miu punya paspor khusus hewan dari Uni Eropa, yang hampir penuh lantaran ia bepergian ke seluruh penjuru Benua Biru. Sayangnya, paspor itu tidak berlaku di Australia.
Miu-miu tetap harus mematuhi peraturan Australia. Selain harus tinggal di negara yang bebas rabies selama enam bulan, ia mesti dikarantinakan sekitar tiga minggu. Masalahnya, karantina hanya ada di Sydney dan Melbourne, sedangkan Nadjib tinggal di Canberra. "Saya khawatir dia stres," kata Nadjib. Walhasil, setahun belakangan Miu-miu tinggal bersama keluarga putri sulung Nadjib di London, Inggris. "Menantu saya juga sayang sama dia."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo