Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Kapten pahlawan laut dimuseumkan

Kapten kapal "kapten pahlawan laut", hasan rala, pernah menyelamatkan m. yusuf & beberapa tokoh masyarakat lain dari kepungan belanda. kini, kapal tersebut dimuseumkan di museum a.l morokrembangan. (pt)

30 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAPTEN Pahlawan Laut. Ini bukan nama orang, tapi julukan untuk sebuah kapal jenis lete, berbobot 15 ton. Kapal kecil ramping buatan orang-orang Makasar ini mempunyai sejarah yang cukup berarti bagi Angkatan Laut RI, khususnya orang-orang Sulawesi Selatan. Bulan Oktober ini, Kapten Pahlawan Laut diboyong dari pantai Ujungpandang ke Morokrembangan, Surabaya, untuk mengisi museum Angkatan Laut Morokrembangan. Ceritanya begini, 28 Pebruari 1947, 17 orang yang waktu itu disebut Polisi Istimewa dan 19 orang bekas Heiho dilepas dari Markas Besar ALRI yang saat itu masih bermukim di Lawang. Menuju pantai Situbondo, Kapten Hasan Rala bersama 7 orang awak kapalnya telah siap memberangkatkan 36 tentara campuran tersebut untuk berlayar menuju Makasar. Sekitar 2 minggu, kapal berhasil menepi di tepi pantai Sulawesi Selatan, biarpun bukan di Makasar tapi di Barru, 60 km sebelan utara Ujungpandang. Apa lacur, Belanda dengar ada kapal RI yang mendarat. Bentrokan terjadilah. Separuh penumpang berhasil meloloskan diri dari kepungan Belanda. Kapten Pahlawan Laut sendiri kemudian jadi boncel-boncel mukanya. Karena Belanda berhasil menyiram bensin di tubuhnya dengan niat akan dibumihanguskan. Sang Kapten Pahlawan ternyata telah berhasil membawa beberapa orang yang di kemudian hari jadi tokoh masyarakat. Antara lain dua orang Gubernur Sulawesi Selatan: Mayjen. Andi Rivai (yang kini menjabat Direktur Utama pabrik semen Tonasa) dan Achmad Lamo. Letjen. M. Jusuf yang kini jadi Menteri Perindustrian, juga berhasil selamat sampai ke Sulawesi Selatan dari pulau Jawa. Kapten Hasan Rala, sambil mengingat peristiwa tersebut, cuma berkata: "Pejabat-pejabat tersebut mungkin tidak pernah mimpi jabatan yang kini pernah dipegangnya. Kalau ditanya siapa yang ngimpi jabatan tinggi waktu itu, terus terang saja, sayalah orangnya". Seusai revolusi fisik, Hasan Rala dari Polisi Istimewa kemudian masuk Angkatan laut. Kemudian dia masuk dinas Kepolisian. Jabatan terakhir yang dipegangnya sebelum pensiun: Kepala Angkutan Komdak XVIII, Sulsetra. Pangkat kemiliterannya: Letnan Kolonel Polisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus