Kenangan baswedan di pakistan

"SAYA tak pernah menggubris penyakit saya," ujar A.R. Baswedan yang 11 September kemarin genap 72 tahun. "Saya takut menjadi terikat dengan memperhatikannya." Maka ia pun tak mau menggubris penyakit gula, darah tinggi dan beberapa penyakit lain yang selama ini nongkrong dalam tubuhnya. Toh ia bisa tetap gagah. Ulang tahunnya diperingati di rumah salah seorang menantunya di Jakarta. Hadir antara lain Buya Hamka dan Moh. Roem. Adam Malik mengirim ucapan selamat kepada pendiri Persaturan Arab Indonesia (1934) yang mencanangkan semangat pembauran itu. Orang yang pernah menjadi menteri muda penerangan RI ini (1946) dan pernah terpilih sebagai anggota Konstituante dari Partai Masyumi (1955) punya beberapa kenangan vang tak terlupakan. Salah satunya: ketika ia rampung menunaikan ibadah haji dan pergi ke Pakistan untuk menjenguk menantunya yang bertugas di sana, 1978, tiba-tiba staf KBRI di sana, juga dubesnya, datang menjemput. Ia kaget dan bertanya-tanya. Ternyata Baswedan diminta menjadi juru bicara menghadapi pemerintah setempat yang menyebut dirinya Negara Islam Indonesia mau mendukung arau tidak, itulah persoalannya. Maka ayah 11 orang anak (dari 2 istri) dan kakek dari 50 orang cucu itu pergi ke masjid-masjid dan berkhotbah menyatakan dukungan. Lalu ia pun diundang ke sana ke mari dan dijamu orang-orang Pakistan -- sebagai wakil tak resmi lndonesia.