KINI tampak kecenderungan Video Cassette Recorder (VCR) dipakai
juga sebagai media propaganda politik ke Indonesia.
Achmad, Subagyo, anggota DPR Fraksi Demokrasi, mengungkapkan
bukti tersebut. Setelah dua hari melacak di Bandung, ia
menemukan sejumlah video yang memuat propaganda politik Beijing
dan memuji kelebihan negara Cina. Di antaranya dijual dengan
judul Pekan Olahraga Nasional di RRC, Road to China, Perang RRC
melawan Vietnam, dan Delegasi Opera RRC.
Video porno juga banyak ditemukan di sandung. Komoditi hiburan
jenis ini sudah sampai pula di Irian Jaya. Dalam upaya
menghambat penyebaran video porno dan propaganda politik,
Kejaksaan Agung telah menyita sedikitnya 2.300 buah dari
berbagai daerah Indonesia. Sebagian besar ternyata buatan
Taipeh, Hong Kong, dan Singapura.
Video memang bisa digunakan untuk berbagai kepentingan. Dengan
kelebihan teknologinya, pesawat Video Tape Recorder (VTR) mampu
mereproduksi suatu cerita film dengan biaya murah.
Tapi produser film Indonesia tampak masih tenang menghadapi
pertumbuhan teknologi video. Menurut Hendrik Gozali, pimpinan PT
Garuda Film, seseorang bisa menikmati suatu film, tanpa harus
membeli pesawat VTR dan televisi berwarna yang harganya sekitar
Rp 2 juta. "Dengan layar lebar, dan sistem suara lebih baik,
film di gedung bioskop sukar diimbangi video," kata Hendrik.
Mereka yang tak mengerti bahasa Inggris, misalnya, juga akan
terhambat bila menonton video. Sebab dialog di dalamnya tidak
disertai terjemahan bahasa Indonesia seperti halnya film di
bioskop. Jadi, "kami tidak perlu begitu kaget dengan kehadiran
video,"sambung Gope Samtani, pimpinan PT Rapi Film.
Baik Hendrik maupun Gope belum tertarik memindahkan produksi
filmnya ke video seperti yang dilakukan produser film AS kini.
Keduanya merasa belum menghadapi ancaman pembajakan. Juga mereka
beranggapan ongkos memproduksi video terlalu mahal, sedang
pemasarannya terbatas pada kalangan menengah ke atas.
Namun Hendrik telah melepaskan hak atas beberapa filmnya untuk
produksi video kepada PT Trio Video Tara, Jakarta. Surat
Undangan, Bagong Mujur, Rahasia Perawan, serta Bonny dan Nancy,
masing-masing dilepaskannya sekitar Rp 1 juta. Dengan cara
demikian, Hendrik mengharapkan film nasional tadi ditonton
kalangan atas.
Baguskah pasarannya? PT Trio Video Tara, misalnya, tampak
beruntung dengan menyewakan dan menjual reproduksinya. Perubahan
itu sudah memvideokan sekitar 200 judul film asing. Sekitar 200
buah per judul. Sebuah dijualnya Rp 30.000 (untuk VTR yang
memakai sistem Beta) dan Rp 32.500 (untuk VTR sistem Video Home
System - VHS).
Perusahaan ini menyewakan video dengan bea tak terlalu mahal.
Untuk 16 buah sebulan, misalnya sewanya Rp 50.000. Yang laris
ialah cerita anak-anak, kartun, dan film musik. Tak secara
gelap, tentunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini