Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Awas, ada video gelap

Beredar video propaganda rrc dan video porno, kejaksaan agung telah menyita 2.300 buah video porno & propaganda politis. pasaran video. (fl)

20 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KINI tampak kecenderungan Video Cassette Recorder (VCR) dipakai juga sebagai media propaganda politik ke Indonesia. Achmad, Subagyo, anggota DPR Fraksi Demokrasi, mengungkapkan bukti tersebut. Setelah dua hari melacak di Bandung, ia menemukan sejumlah video yang memuat propaganda politik Beijing dan memuji kelebihan negara Cina. Di antaranya dijual dengan judul Pekan Olahraga Nasional di RRC, Road to China, Perang RRC melawan Vietnam, dan Delegasi Opera RRC. Video porno juga banyak ditemukan di sandung. Komoditi hiburan jenis ini sudah sampai pula di Irian Jaya. Dalam upaya menghambat penyebaran video porno dan propaganda politik, Kejaksaan Agung telah menyita sedikitnya 2.300 buah dari berbagai daerah Indonesia. Sebagian besar ternyata buatan Taipeh, Hong Kong, dan Singapura. Video memang bisa digunakan untuk berbagai kepentingan. Dengan kelebihan teknologinya, pesawat Video Tape Recorder (VTR) mampu mereproduksi suatu cerita film dengan biaya murah. Tapi produser film Indonesia tampak masih tenang menghadapi pertumbuhan teknologi video. Menurut Hendrik Gozali, pimpinan PT Garuda Film, seseorang bisa menikmati suatu film, tanpa harus membeli pesawat VTR dan televisi berwarna yang harganya sekitar Rp 2 juta. "Dengan layar lebar, dan sistem suara lebih baik, film di gedung bioskop sukar diimbangi video," kata Hendrik. Mereka yang tak mengerti bahasa Inggris, misalnya, juga akan terhambat bila menonton video. Sebab dialog di dalamnya tidak disertai terjemahan bahasa Indonesia seperti halnya film di bioskop. Jadi, "kami tidak perlu begitu kaget dengan kehadiran video,"sambung Gope Samtani, pimpinan PT Rapi Film. Baik Hendrik maupun Gope belum tertarik memindahkan produksi filmnya ke video seperti yang dilakukan produser film AS kini. Keduanya merasa belum menghadapi ancaman pembajakan. Juga mereka beranggapan ongkos memproduksi video terlalu mahal, sedang pemasarannya terbatas pada kalangan menengah ke atas. Namun Hendrik telah melepaskan hak atas beberapa filmnya untuk produksi video kepada PT Trio Video Tara, Jakarta. Surat Undangan, Bagong Mujur, Rahasia Perawan, serta Bonny dan Nancy, masing-masing dilepaskannya sekitar Rp 1 juta. Dengan cara demikian, Hendrik mengharapkan film nasional tadi ditonton kalangan atas. Baguskah pasarannya? PT Trio Video Tara, misalnya, tampak beruntung dengan menyewakan dan menjual reproduksinya. Perubahan itu sudah memvideokan sekitar 200 judul film asing. Sekitar 200 buah per judul. Sebuah dijualnya Rp 30.000 (untuk VTR yang memakai sistem Beta) dan Rp 32.500 (untuk VTR sistem Video Home System - VHS). Perusahaan ini menyewakan video dengan bea tak terlalu mahal. Untuk 16 buah sebulan, misalnya sewanya Rp 50.000. Yang laris ialah cerita anak-anak, kartun, dan film musik. Tak secara gelap, tentunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus