DI bawah komando Abdul Gafur, Pelita berpesta di Hotel Hilton, Jakarta, Rabu pekan ini. Usianya genap 15. Istri sang Pemimpin Umum, Kemala Motik Abdul Gafur, bertindak sebagai perancang acara. Tak heranlah kalau selamatan itu digandeng dengan upacara Penobatan Pemenang Lomba Kerudung 1989, yang idenya datang dari Kemala sendiri. "Tak disangka, yang mendaftar sampai 700 orang dari semua provinsi, kecuali Bengkulu dan Kal-Teng," kata Kemala, yang merangkap pengasuh rubrik "Jagat Raya Wanita" di Pelita Minggu. "Kalau saya membuat kuis dengan pertanyaan yang agamis, pasti balasannya sampai 300-400 surat," ujarnya. Lain halnya jika kuisnya menyangkut pertanyaan umum. "Paling yang menjawab hanya 40-50 orang." Maka, dibuatlah perlombaan yang menyangkut pelengkap busana muslim itu. "Padahal, sebetulnya hampir semua busana adat kita dilengkapi dengan kerudung," tutur Kemala. Memang, lomba ini terbuka untuk umum, tanpa batasan SARA. Siapa pun boleh ikut, dan hasilnya, ya mbludak itu tadi. Dalam masa-masa yang akan datang, Kemala berharap akan makin banyak orang doyan beridentitas nasional, dengan memakai selendang. "Benazir Bhutto saja, yang lama sekolah di Amerika, sekarang tak pernah meninggalkan kerudung," ujarnya. Lha, Kemala sendiri bagaimana? Wanita yang kini President di Indonesian European University (IEU School of Business) itu langsung menunjuk kain dan kebaya kurung serta kerudung berwarna langit yang dikenakannya. Memang ia nampak sebagai Benazir Bhutto. Kerudungnya, lho.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini