"SELAMA hidup, saya tak, kan pernah melupakan suara berondongan yang telah merobek hidup suami saya," kata Jehan Sadat, istri almarhum Presiden Mesir, Anwar Sadat. Hari itu, tulis Jehan, betapa dalam kedukaannya. Ia masuk ke ruangan rumah sakit tempat suaminya dibaringkan, mengempaskan tubuhnya ke peti mati. Begitu sadar, ia melihat para dokter dan perawat mengelilinginya. "Sungguh tak bisa kupahami. Lelaki itu beberapa jam yang lalu masih tersenyum ceria, bagaikan cahaya ribuan lilin. Tapi kini ia tergeletak tak berdaya. Aku menangis di dalam hati." Semua, tentang tragedi pada 1981, ketika Anwar Sadat sedang menyaksikan parade militer di Kairo, lalu diberondong peluru, dituliskan oleh Jehan dalam otobiorafi yang segera terbit. Ipar bekas Kaisar Iran Syah Reza Pahlevi itu kini membagi waktunya antara Mesir dan Washington, tempatnya mengajar di sebuah universitas. Ia memberi kuliah tentang Mesir dan masalah wanita di dunia Islam. Itulah jawaban atas renungannya selama ini. "Apakah dia senang melihat aku menangis terus, atau lebih bahagia melihat aku bekerja dan menikmati hidup?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini