BIR haram atau halal? Ini memang soal yang lagi akNil. Dan orang
pun tiba-tiba ingat pada penyair Sutardji Calzoum Bachri yang
selalu minum bir tatkala membacakan sajak-sajaknya. Penyair yang
pernah membaca sajak di Eropa dan Amerika Serikat ini tidak suka
terlibat dalam debat halal atau haram. "Itu bukan soal baru,"
katanya. Tetapi mengenai persoalan bir, ia pu nya pendapat yang
menarik juga. "Bir itu seperti pisau silet," katanya, "kalau
salah menggunakan, pisau silet itu bisa menyebabkan luka. Bahkan
bisa menyebabkan kematian. Nah, begitu juga bir. "
Tampaknya, Sutardji minum bir seperti orang-orang mempergunakan
pisau silet untuk bercukur. "Saya cuma minum bir kalau baca
sajak," demikian alasannya, "untuk menenangkan hadirin. Kalau
mereka tidak tenang, bagai mana mereka bisa menikmati
sajak-sajak saya."
Akhir-akhir ini, jarang terdengar Sutardji minum bir lagi. Tentu
bukan karena harga bir ini naik -- gara-gara Kenop 15 --
melainkan karena Tardji jarang tampil membacakan sajak-sajaknya.
Kurang populer? "Saya kira bukan karena itu. Saya kurang waktu,"
jawabnya. Penyair asal Riau yang mengecap pendidikan universitas
hingga tingkat doktoral ini, kini memang tidak mudah dijumpai di
Taman Ismail Marzuki seperti dulu. Ia kini jadi wartawan sebuah
penerbitan. Dengan bahasa Inggeris dan Perancisnya yang lumayan,
tenaganya memang amat diperlukan. "Saya toh tidak bisa hidup
hanya dengan puisi saja," katanya minggu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini