Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Menerima pena emas

Bersamaan dengan hut pwi, h. rosihan anwar, 5 7,menerima pena emas sebagai penghargaan atas jasanya membimbing wartawan muda lewat berbagai penataran. penyematan dilakukan oleh harmoko, ketua pwi pusat. (pt)

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI korannya, Pedoman, dilarang terbit sejak tahun 1974, H. Rosihan Anwar, 57 tahun, tetap saja bertahan sebagai wartawan. "Saya tidak bisa dagang, seperti kawan-kawan lain," begitu ia pernah berkata. Maka selain menulis di berbagai koran dan majalah -- di dalam maupun luar negeri -- Rosihan, kini Direktur Karya Latihan Wartawan (KLW), menggunakan sebagian dari waktunya untuk membimbing wartawan muda lewat berbagai penataran. Karena jasanya itulah Rosihan pekan silam mendapat kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk menerima Pena Emas. Tanda kehormatan dari para wartawan itu terbuat dari emas murni dengan berat 15 gram. Rosihan orang ketiga menerima tanda kehormatan tersebut. Sebelumnya Sumanang SH dan almarhum Mayjen Harsono telah mendapatkannya. Upacara penyematan -bersamaan dengan ulang tahun ke 33 PWI -- berlangsung tanggal 9 Pebruari. Yang menyematkan Harmoko, Ketua PWI Pusat. Dalam pidatonya, Harmoko tidak hanya memuji-muji pengabdian Rosihan, tapi juga mengungkapkan suatu hal yang amat pribadi mengenai tokoh wartawan tersebut. Syahdan, seorang Asisten Demang di Sumatera Barat suatu hari berkelahi dengan perampok. Kejadian ini hampir bersamaan saatnya dengan kelahiran bayinya, seorang lelaki. Semangat yang masih tersisa dari perkelahian itu rupanya mengilhami sang Demang untuk memberi nama bayinya dengan nama yang berbau kejantanan. Nama Rosihan tidak beranjak jauh dari Rosihan Pasha, yakni nama seorang jenderal Turki yang berjuang di bawah pimpinan Kemal Ataturk. Tidak diketahui adakah waktu itu ayah Rosihan mengharapkan anaknya suatu hari bisa jadi jenderal. Yang jelas sekarang, "bayi itu tidak jadi jenderal, tapi wartawan," kata Harmoko. Tapi meski tidak jenderal, rasa-rasanya arwah tuan Asisten nemang tidaklah kecewa dengan puteranya: Rosihan Anwar, memang "cuma wartawan". Tapi ia toh wartawan terkemuka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus