Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ira Mirawati membuat ratusan video edukasi yang sukses membetot ribuan hingga jutaan penonton per konten. Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) itu kerap mengungkap masalah seputar skripsi, mitosnya, hingga misteri di ruang sidang. Kreasinya dinobatkan sebagai pemenang Apresiasi Unpad kategori inovasi berbasis pembelajaran.
Penghargaan itu diterimanya bersama dosen lain dengan kategori inovasi yang berbeda pada Jumat, 30 Desember 2022, di Grha Sanusi Hardjadinata, Unpad, Bandung. Perempuan berusia 40 tahun itu naik ke panggung dengan setelan kerudung hitam, kemeja putih, balutan kain batik berkelir cokelat, dan bersepatu bot putih. Apresiasi yang mengejutkannya itu berhadiah uang Rp 68 juta. “Saya seperti diakui setelah rektor serta dekan mendorong dan mendukung apa yang saya lakukan,” ujar Ira, Rabu, 4 Januari lalu.
Jauh sebelum dikenal sebagai kreator konten pendidikan, Ira dan beberapa kolega dosen di Unpad sudah menjadi penggiat e-learning sejak 2013. Mereka berkampanye ke fakultas-fakultas agar para dosen mau ikut membuat pembelajaran secara digital lewat video dan presentasi menarik. Jauh sebelum masa pandemi Covid-19 yang memaksa perkuliahan secara daring, Ira telah menyadari metode itu bisa saling melengkapi dengan kuliah di kelas atau luring.
Materi video ajar bagi mahasiswanya itu dibuat di laboratorium televisi kampus. Dari sebuah materi kuliah public speaking, misalnya, Ira membuat 14 seri video. “Hampir semua mata kuliah saya bikin video-video ajarnya,” tutur Ira, yang mengajar di almamaternya sejak 2005 dan tiga tahun kemudian berstatus pegawai negeri. Video edukasi lain dikhususkan bagi difabel di laman Disabisa.
Di kampus, Ira mengampu mata kuliah public speaking, perencanaan program komunikasi, konsultan komunikasi, manajemen pelatihan komunikasi, serta persuasi dan negosiasi. Pada 2021-2024, dia menjabat Ketua Program Studi Manajemen Komunikasi Fikom Unpad. Lulusan S-1 Manajemen Komunikasi 2004 itu melanjutkan S-2 Ilmu Komunikasi di almamaternya pada 2005-2007 dan S-3 pada 2015-2019.
Dosen Fikom Universitas Padjadjaran, Dr. Ira Mirawati, M.Si., saat membuat konten edukasi di ruang kerjanya. TEMPO/Prima Mulia
Aktivitasnya di dunia maya berlanjut dengan mendirikan Sobatmu.com pada 2016. Ira menggaet tim dosen dan bimbingan konseling di kampusnya. Bagaikan sahabat, mereka menampung keluh kesah masalah remaja dari kalangan pelajar dan mahasiswa seraya menawarkan solusi. Ajakan untuk mencurahkan isi hati atau curhat juga dilakukan dengan menyambangi beberapa sekolah dan kampus.
Latar kepedulian para dosen itu menyangkut kajian mereka tentang mahasiswa yang terancam drop out. “Apakah karena alasan akademis, ternyata enggak juga, yang paling banyak itu adalah masalah keluarga dan keuangan.” Lewat curhat, mereka berharap beban masalah remaja tidak terpendam atau ditanggung sendiri.
Temuan masalah pada beberapa remaja lainnya adalah ide untuk bunuh diri. Pada kasus gawat semacam itu, tim merujuk kepada dosen psikologi yang lebih paham menanganinya. Selain itu, muncul laporan soal kekerasan seksual dari korban ataupun pelaku yang mengaku bersalah. Komunikasi curhat itu mereka jalin secara rahasia lewat e-mail, pesan langsung via Instagram, atau di sebuah ruang khusus di kampus.
Ketika datang pandemi, masalah remaja seperti ikut bersembunyi. Jumlah mereka yang curhat berkurang dari biasanya 7-10 orang menjadi 2-3 orang per hari. Setelah itu, tercetus ide memakai cara lain untuk mengedukasi masalah remaja. Mahasiswanya ada yang menyarankan Ira memakai TikTok sambil mengirim contoh-contoh konten edukasi buatan dokter dan dosen muda. Dia sempat gamang karena faktor usia dan punya kesan negatif terhadap aplikasi tersebut. “Bayangan saya dulu, TikTok itu harus nge-dance,” ujarnya.
Setelah menimbang, dia lalu mengunduh aplikasi tersebut dan mempelajari cara membuat video yang diiringi musik dibantu anaknya. Suaminya, yang semula kaget, kini ikut mendukung sambil menasihati Ira agar menjaga penampilan. “Melucu boleh, asal jangan kecentilan, dan jangan nge-dance juga,” katanya.
Video awal buatan Ira diunggah pada 8 Juli 2020 dengan topik pertemanan, tipe mahasiswa, dan materi lain yang berhubungan dengan kesehatan mental. Sekitar sebulan kemudian, pilihan isunya bergeser. Selain menjawab langsung di kolom komentar, Ira membuat video yang isinya menanggapi pertanyaan yang masuk. “Dari pertanyaan yang banyak soal dosen dan skripsi sampai sekarang mungkin dikenalnya sebagai konten skripsi,” ujar ibu dari dua anak itu.
Ide konten lainnya kadang muncul dari titipan rekan kerja, seperti soal kesalahan yang sering terjadi pada skripsi, yaitu penulisan kata "pak" atau "ibu" di depan nama dan gelar dosen. Agar tidak membosankan, Ira berusaha menyisipkan humor pada konten-konten videonya. Cara yang sama dipakainya ketika mengajar kuliah agar mahasiswanya tidak mengantuk.
Pada tahun pertama kiprahnya itu, Ira masuk nominasi Best of Learning and Education di TikTok Awards 2020 serta meraih gelar juara pada beberapa tantangan. Pada tahun yang sama, dia dinobatkan sebagai Dosen Kreatif Fikom Unpad 2020. Namanya juga masuk dalam daftar 32 Wonderful People Indonesia Guardian 2022.
Seluruh proses pembuatan konten video edukasi yang singkat dilakukan sendiri di rumah, biasanya dari pukul 16.00 hingga rampung 30-60 menit kemudian. Rekaman dan penyuntingan konten videonya memakai smartphone, ditambah seperangkat alat pendukung, termasuk tirai latar berwarna hijau. Waktu pengunggahan konten sesuai dengan kondisi ideal baginya, yaitu pukul 17.00-20.00.
Dosen Fikom Universitas Padjadjaran, Dr. Ira Mirawati, M.Si. TEMPO/Prima Mulia
Sejauh ini, perempuan kelahiran Sambas, Kalimantan Barat, pada 15 Mei 1982, tersebut telah membuat lebih dari 500 video berdurasi pendek di akun TikTok @buiramira. Rekaman lainnya tersebar di Instagram dan YouTube. Ira mengaku sebagian konten videonya merupakan perulangan yang diperbarui, misalnya dari judul dan selipan humornya. “Karena, misalnya, video itu sudah pernah dibikin, tapi masih banyak yang tanya, jadi di-remake, dan tetap banyak yang menonton,” kata dia.
Di sela kesibukan tugasnya di kampus, Ira menargetkan setiap hari bisa mengunggah konten baru, minimal dua hari sekali, agar jumlah pengikutnya tidak merosot. Sebelum mem-posting video, dia tidak melapor ke atasan. “Saya juga kan awalnya bikin konten di medsos diam-diam karena malu. Saya enggak tahu bakal ramai,” katanya.
Beberapa konten yang viral hingga kemudian diketahui kolega dan pimpinan itu seperti ragam tipe mahasiswa, penulisan nama pacar di skripsi, serta simulasi sidang ujian. Pada video itu, Ira didampingi gambar dua sosok aktor Korea. Walau begitu, ada konten tentang biaya kuliah dari jalur mandiri yang dicopot karena perbedaan persepsi. “Komentarnya tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Disimpulkan pendidikan itu mahal dan lain-lain. Konten itu saya take down.”
Di lain waktu, ada pertanyaan soal konten videonya yang dinilai membocorkan pertanyaan dosen ke mahasiswa saat ujian di ruang sidang skripsi. Justru, menurut Ira, mahasiswa harus tahu sedini mungkin soal apa saja yang akan ditanyakan untuk meraih kelulusan. Harapannya, mahasiswa menjadi lebih menyiapkan skripsi dari tahap penyusunan hingga ujian.
Rencananya, pada tahun ini, Ira ingin membentuk tim khusus pembuatan konten di YouTube. Berdurasi lebih panjang, dia akan menyiapkan materi yang lebih komprehensif. Materi baru yang akan diangkat seperti tugas-tugas pengganti skripsi. Sekarang beberapa kampus mengizinkan skripsi diganti oleh penulisan jurnal ilmiah. Tema lainnya tentang job training atau soal mahasiswa baru.
Popularitasnya di dunia maya ikut mendatangkan tawaran iklan, seperti dari produsen pemutih gigi; pakaian, termasuk kerudung; kosmetik; hingga aplikasi bank. Namun Ira menampik dukungan produk komersial ikut masuk dalam konten videonya, kecuali kampanye sosial, seperti tentang mitigasi perubahan iklim, atau mengenai cinta lingkungan. “Saya ingin kontennya khusus untuk edukasi,” Ira menegaskan.
Dia mengaku senang ketika pesan-pesan komunikasinya mendapat tanggapan positif. Terlebih ketika konten videonya bisa membuat mahasiswa bersemangat mengerjakan skripsi hingga bisa lulus. Kabar seperti itu sangat dinikmatinya. “Ketika manfaatnya dirasakan orang, itu bahagia banget. Itu yang bikin saya terus semangat.”
ANWAR SISWADI (BANDUNG)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo