PELURU dari gudang marinir Cilandak memang tak kenal alamat. Malahan dua buah di antaranya nyelonong ke sebuah rumah di Jagakarsa, Pasar Minggu, dan sempat menimbulkan kobaran api. Pemilik rumah itu, Anton Soedjarwo, kapolri. Rumah kayu bergenteng Tegola ini adalah rumah peristirahatan keluarga Anton Soedjarwo. Di sini terdapat pula 25 kandang burung, mulai dari perkutut, beo, cucakrawa, jalak, nuri, sampai burung dara. Juga ada kuda, sapi perah, sampai kolam kodok. Dan peluru yang menghantam rumah itu persis di atas ruang makan, tempat kandang burung perkutut. "Burung itu mati semua, padahal perkutut itu kesayangan Pak Anton," kata penjaga rumah itu. Keluarga Anton Soedjarwo baru Sabtu pekan lalu menengok kerusakan rumah peristirahatannya. Sejak itu di sebidang tanah di sana berdirilah "Griya Kahyangan Satwa", yaitu kubur burung-burung kesayangan itu. Tertulis di batu msan namanama: Bagong, Semar, Mandala, Badut, Merbabu, Bromo, Dakota, Sindoro . . . dan sejumlah nama lagi. Kemudian hari kematian: 30 Oktober 1984. Peluru jenis roket juga jatuh di rumah tokoh muda NU, Abdurrahman Wahid, di Jalan Kutilang, Cilandak. "Rumah ditimpa tiga peluru. Eternit, genting, pintu, dan kerangka rumah patah. Ketika malam ledakan itu, Cak Dur dan istrinya sedang menunggui salah seorang anaknya yang dirawat di RSCM. Sampai Ahad lalu keluarganya masih menumpang di rumah orangtuanya di Kebayoran Baru. "Status saya sekarang pengungsi, sedang mencari kewarganegaraan baru," katanya bergurau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini