Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semuanya berawal di Semarang, setahun lalu. Model dan artis film Luna Maya, 23 tahun, datang ke sana untuk suatu peragaan busana. Di saat lowong, dia berkeliling sembari mendengar sayup-sayup lantunan suara Vina Panduwinata. Raun-raun seputar kota tua itu rupanya amat menyentuh hati Luna. Pulang ke hotel, dia langsung menyambar communicator-nya dan menuliskan hasil raun-raun.
Sejak itu, Luna selalu mencatat semua yang menarik hatinya: pengalaman, imajinasi, ide. ”Sering saya tak berniat menulis. Tiba-tiba muncul ide, lalu ketik. Begitu saja,” ujarnya kepada Eduardus Karel Dewanto dari Tempo. Hasilnya?
Hingga pekan lalu, Luna sudah menyimpan rapi empat sinopsis ceritera di dalam telepon genggam communicator miliknya. Ada drama, komedi romantik, horor, thriller. Cerita drama dan komedi romantik sudah kelar, meski belum diberi judul. Dua cerita thriller dan horor—yang amat disukai Luna—sudah hampir rampung. Buat apa semua ceritera itu? ”Untuk koleksi pribadi saja. Sayang kalau terbuang,” katanya.
Jumlah ceritera yang ditulisnya cukup banyak untuk kelas penulis pemula—apalagi Luna punya banyak aktivitas lain. Usut punya usut, ternyata gadis blasteran Swiss-Bali ini gemar mengetik di mana saja. Di pesawat, mobil, rumah, hotel, bahkan di sela-sela syuting. Begitu melintas di kepala, tak-tik-tuk..! Pantas….
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo