Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mulanya Andien sempat ragu mencoba sepatu roda saat diajak kawannya pada akhir tahun lalu. “Saat hidup benar-benar menjalani rutinitas, menemukan hal baru itu priceless rasanya,” tutur Andien saat ditemui di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis, 19 September lalu.
Begitu mencoba, sekali bermain Andien bisa menghabiskan waktu tiga-empat jam. Itu lebih lama dari waktu yang biasa ia gunakan untuk olahraga. “Saking serunya, rasanya seperti lagi main. Bahkan Kawa (putra sulungnya) suka malas kalau nungguin aku main sepatu roda, he-he-he....”
Andien pun merasa bermain sepatu roda bisa menjadi sarana meditasi. Ia bisa bebas menenangkan pikiran tanpa terbebani pekerjaan atau pikiran tentang apa yang sudah dan akan ia lakukan. “Jadi meditatif, bener-bener hanya memikirkan saat ini. Enggak memikirkan macam-macam,” kata Andien, yang biasa bermain sepatu roda pada sore atau malam hari saat cuaca adem.
Baginya, meditasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk di atas sepatu roda. Ia pun berencana membuat vlog khusus untuk berbagi soal dasar bermain sepatu roda. “Enggak lama lagi!” ujarnya sembari siap meluncur.
Justinus Lhaksana. TEMPO/Nurdiansah
Video ala Kadarnya
BAGI Justinus Lhaksana, mengunggah ocehan di YouTube adalah sarana curhat terbaik. Tidak seperti saat menjadi komentator, pelatih yang membawa tim nasional futsal putra Indonesia meraih perunggu pada SEA Games 2007 di Nakhon Ratchasima, Thailand, ini bisa mencurahkan isi otaknya tentang sepak bola di YouTube. “Di televisi terbatas waktunya,” ujarnya kepada Tempo di Jakarta, Sabtu, 31 Agustus lalu.
Pelatih lulusan Asosiasi Sepak Bola Belanda (KNVB) tersebut mulai YouTube-an pada Desember 2018. Modalnya pas-pasan: telepon seluler, tripod Rp 120 ribu, dan mikrofon mini Rp 50 ribu hasil hunting di toko online. Video yang kebanyakan direkam di apartemennya itu pun sonder edit. “Ngoceh, selesai, upload,” kata Justinus, 42 tahun.
Video yang terkesan mentah tersebut ternyata menyedot banyak pemirsa. Komentarnya setelah tim nasional sepak bola digasak 0-3 oleh Thailand di Stadion Gelora Bung Karno, Selasa, 10 September lalu, misalnya, disaksikan lebih dari 120 ribu kali. Tingginya angka penonton kanal Justinus membuat rekannya sesama komentator gondok. “Mereka bilang, ‘Kampret, lu kok bisa gitu?’,” tutur pria yang kerap disapa Coach Justin itu.
Hingga pekan lalu, di kanal yang bertajuk persis nama lengkapnya itu, Justinus telah mengunggah 65 video. Semuanya tentang bal-balan. Iklan pun berdatangan. “Lumayan, tiap bulan dapat uang bensin dan uang jajan,” ucapnya.
Ivan Lanin. TEMPO/Muhammad Hidayat
Kampanye Bahasa di Rumah
WARGANET menganggap Ivan Razela Lanin, 44 tahun, sebagai guru bahasa Indonesia. Sepuluh tahun terakhir, pakar Internet itu menjawab setiap pertanyaan mengenai kebahasaan, dari penggunaan awalan “di” sampai penyebutan “nol” untuk angka 0, bukan “kosong”.
Pendiri Wikimedia Indonesia—mitra lokal Wikimedia Foundation, pengelola Wikipedia—itu juga mengkampanyekan bahasa Indonesia dalam keluarganya. Caranya, selalu berbahasa baku di rumah. “Perkara diterapkan atau tidak, terserah,” ucap Ivan di Jakarta, Rabu, 4 September lalu.
Hasilnya efektif. Putranya, Arka, 14 tahun, selalu bertutur seturut kaidah kebahasaan resmi dengan Ivan. Namun, begitu bergaul dengan teman-temannya, dia berdialog dalam bahasa sehari-hari. Misalnya ia menyebut “pukul” untuk menunjukkan waktu saat dengan Ivan dan menggunakan “jam” ketika bersama teman sebayanya. “Intinya, dia sudah tahu mana yang benar dan tidak,” kata Ivan.
Kelincahan berbahasa tersebut, Ivan melanjutkan, berbuntut baik bagi putranya di sekolah. Seperti sang ayah di media sosial, Arka lancar menjawab pertanyaan tentang padanan kata asing dalam bahasa Indonesia dari gurunya. “Dia bangga tahu banyak soal itu, ha-ha-ha…,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo