IA dikenang sebagai gadis kecil yang suka keluyuran di Gedung Putih, memakai sandal bertumit tinggi milik ibunya. Sabtu lalu, gadis kecil itu adalah pengantin yang bahagia, yang kembali menjadi perhatian sahabat-sahabat dekat mendiang ayahnya. Hari itu, di gereja Our Lady of Victory di dekat Centreville, Massachusetts, Caroline Kennedy dan Edwin Schlossberg mengucapkan janji setia sehidup-semati -- dan sekitar 2.000 penonton memenuhi sekitar gereja. Mengenakan gaun pengantin sutra putih organsa, Caroline, Z8, membawa anggrek putih pula. Sementara itu, pengantin pria, 41, bersetelan jas biru angkatan laut AS, dengan dasi warna perak. Setelah itu dilanjutkan dengan resepsi di Markas Besar Dinasti Kennedy. Pesta itu sendiri cuma dihadiri oleh 400-an undangan khusus. Bukan karena keluarga Kennedy tak lagi populer. Namun, ada langkah hati-hati. Misalnya, para tamu tak diperbolehkan memotret mempelai. Kamera harus dititipkan di pintu masuk gedung. (Mempelai hanya mau dipotret setelah upacara di gereja itu). Sejumlah yang hadir memang tokoh-tokoh dunia berbagai bidang, sahabat mendiang presiden AS John F. Kennedy. Misalnya Dirigen Leonard Bernstein, Ekonom J.K. Galbraith, kolumnis lucu Art Buchwald seniman pop art Jasper Johns. Bila Edwin bisa menyunting Caroline, itu karena ia telah terlebih dahulu menaklukkan dua dewi dinasti Kennedy: nenek mertua, Rose, 95, dan mertua, Jacqueline Onassis. Tanpa perkenan kedua dewi itu mustahil ia berhasil. Keberhasilan Edwin memang didukung sejumlah hal yang taknya tak dipunyai orang lain, hingga darah Yahudinya tak dipersoalkan benar oleh keluarga Kennedy. Misalnya, ia mengantungi dua gelar doktor dari Universitas Columbia -- di fakultas hukum universitas ini Caroline masih kuliah -- dan salah satu tesisnya sebuah buku tentang percakapan khayal antara Penulis Samuel Beckett dan Ilmuwan Albert Einstein. Belum lagi karya-karya anehnya: kaus oblong bunglon, yang berubah warna sesuai dengan kulit pemakainya, misalnya. Atau sebuah buku berjudul Wordsordsords, yang sebenarnya adalah sebuah kotak aluminium berisi sejumlah puisi yang dicetak pada sejumlah material. Puisi terakhir, dicetak pada empat keping pleksiglas, berbunyi "kata-kata ini akan jatuh berantakan, dan akan baru terbentuk besok."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini