PRESIDEN dan penjaga pintu kereta, itulah cerita baru Presiden Soeharto, menjelang Lebaran tahun ini. Maka, Nasir pun kaget. Lebaran masih dua minggu lagi, tapi ia sudah menerima bingkisan. Kamis pekan lalu, ia menerima satu setel bahan pakaian dan sehelai kain serta sepotong kebaya untuk istrinya. "Semua ini dari Bapak Presiden," katanya terbata-bata, menahan haru. Hadiah itu disampaikan oleh ajudan presiden, Kolonel Kunarto. Setiap hari sejak tahun 1961, Nasir, 50, bersama keenam rekannya menjaga pintu lintasan kereta api di Jalan Cut Mutiah Jakarta Pusat. Tak peduli hujan maupun panas, manakala ada kereta api yang akan lewat, ia tetap setia mengibarkan bendera merah bagi kendaraan yang akan melintasi jalan itu. Termasuk mobil Indonesia I yang ditumpangi Presiden, sesekali pernah terjebak bendera merah itu. Bingkisan Lebaran itu bukan hanya diterima Nasir. Ada 37 penjaga pintu KA di kawasan Jakarta yang memperoleh hadiah serupa, yakni pintu KA di Jalan Merdeka Timur, tak jauh dari Gedung Pertamina, di Jalan Pegangsaan, di Jalan Diponegoro, di Jalan Pramuka, dan Jalan Cut Mutiah itu. "Pokoknya, semua jalan yang sering dilewati Pak Harto," kata Nasir, ayah lima anak asal Bekasi ini. Bagi Tukiman, 33, penjaga lintasan dekat Gedung Pertamina, tidak henti-hentinya bersyukur atas rezeki yang tidak pernah dibayangkan ini. "Yang penting bukan nilai barangnya, tapi perhatian Presiden terhadap pegawai kecil seperti kami ini, sungguh menggembirakan," kata pegawai PJKA yang kini pangkatnya I C itu. Sehari-hari bila ke kantor Presiden dan rombongan pengawal melewati lintasan kereta api di Jalan Merdeka Timur. Di situ Tukiman siap menunggu, dengan sigap ia berdiri seraya memberikan penghormatan, ala militer, begitu sirene meraung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini