INI bukan tanda-tanda zaman. Menteri Keuangan Radius Prawiro membeli 12 buah celengan di Yogyakarta, Rabu pekan lalu. Dan itu bukan karena Menteri tak lagi percaya kepada bank, mau menyimpan uangnya di dalam celengan tanah liat saja. Nyonya Radius menegaskan bahwa celengan itu tak ada hubungannya dengan kebijaksanaan perbankan baru-baru ini. "Celengan ini tidak mengikuti pola yang sudah ada. Unik dan berkesan primitif," kata sang nyonya. Dan karena benda dari tanah liat yang lebih sebagai hiasan daripada benda pakai itu belum bernama, Nyonya radius pun langsung "membaptis" keduabelasnya. Ada yang disebut Dua Kuli Istirahat, Si Penyuling Bambu, dan Tiga Kera Bijaksana. Lalu, sebuah celengan berbentuk bulat dengan hiasan kepala kerbau di sisi atasnya, disebutnya "Celengan PDI." Sabtu pekan lalu celengan yang telah jadi koleksi keluarga Radius itu ternyata masih ikut dipamerkan di gedung Karta Pustaka, Yogyakarta. Si pembuat, Theresa Waryanti, memang merencanakan pameran ini, dan bila ke-12 karyanya yang telah diborong Menteri dibawa ke Jakarta, bisa-bisa pameran jadi sepi. Itu sebabnya ia menahan dulu Celengan PDI dan teman-temannya. Theresa kepada TEMPO menegaskan bahwa celengannya tak ada kaitannya dengan dunia moneter. Yang ada, dengan dunia pendidikan, malah. Tiap celengan, seharga Rp 60.000, berarti seorang anak asuh. Maka, bagi Radius, yang telah menanggung 300 anak asuh murid SD, jumlah itu menjadi 312. Tapi bagaimana Menteri tahu ada keramikus mau pameran? Ia dapat bocoran, yakni dari poster di Universitas Kristen Duta Wacana, di kota seniman itu pula, ketika pekan lalu berkunjung ke kampus itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini