BERKAOS oblong putih degan kain sarung kotak-kotak biru, S.
Bagyo, pelawak, 46 tahun pagi itu nampak sedang membaca koran.
"Sejak tahun enampuluhan saya punya rumah sendiri," tuturnya.
Dan "untuk kerja malam saya punya Holden Gemini."
Sebagai pimpinan grup, ia merasa bangga melihat kawan-kawannya
-- Sol Soleh, Diran dan Darto Helm -- sudah juga punya rumah dan
mobil. "Itu prestasi buat saya," komentar ayah dari 12 anak itu.
Melawak sejak 1960 di Jakarta, dan pernah main dalam 9 judul
film, Bagyo menyebut profesi membadut itu sebagai "lebih banyak
nganggurnya daripada kerjanya." Tapi itu mungkin dulu -- sebab
sekarang ex mahasiswa Fakultas Hukum UGM itu mengaku hampir tiap
malam melawak. "Kalau badan tak kuat, bisa masuk angin atau
suara habis," ujarnya.
Akhir bulan lalu, kaset lawak dan lagu yang dibawakan grupnya
beredar dalam judul Warung Tegal. Kok ikut-ikutan?
"Pertimbangannya cuma bisnis saja. Dan waktu itu saya memang
lagi senggang," kata Bagyo, yang pagi itu agak pilek karena
kurang tidur. Lariskah kaset itu? "Saya tidak mau tahu. Itu
urusan perusahaan rekaman. Sebenarnya saya tidak bisa nyanyi
atau main musik. Kalau lagu-lagu Jawa atau tari Jawa, bolehlah."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini