TAK tahu pasti apakah benar Danur Windo, pemain kesebelasan
Arseto, yang menyebabkan lutut Anjas Asmara cidera. Anjas (27
tahun) hanya ingat pada hari naas di hulan April itu ia jatuh di
rumput dan pingsan. "Besoknya, tahu-tahu lutut saya sudah
bengkak."
Sejak itu, jaringan otot antara kedua sendi lututnya rusak. Anak
kelahiran Medan itu praktis tak bisa bermain lagi. "Kalau
dipaksakan bisa saja, tapi sakit sekali." Lalu, sudah kapokkah
dia? Ternyata belum. "Kalau umur saya sudah tigapuluh tahun,
baru saya akan berhenti," katanya sambil menjelaskan bahwa
pemain yang berusia di atas 30 tahun sudah tidak sip lagi.
Mengaku belum pernah bermimpi jadi pelatih, ex mahasiswa
Fakultas Teknik UKI (sampai tingkat III saja) itu Juni tahun
lalu menikah dengan Denty Lusiana (21 tahun) dan barusan
mendapat anak pertama, perempuan, kini berusia 3 bulan.
Bekerja di kantor Pemda DKI, Anjas yang memulai karirnya tahun
1967 itu menganggap main film hanya akan merusak karir. Karena
itu "meski ada produser yang meminta, secepatnya akan saya
tolak. Juga film iklan," katanya. "Cukup sekali itu sajalah."
Menurut rencana, lututnya akan dioperasi bersama-sama dengan
lutut 4 pemain PSSI yang lain yang sama-sama menderita meniscus,
oleh seorang dokter Belanda, Strik Werda. Tapi belum jelas di
mana operasi akan dilakukan. "Semuanya PSSI yang mengurus. Kita
tinggal menjalani saja," kata pemain bola yang tiap pagi berlari
3 km sampai kadang-kadang terlambat masuk kantor itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini