ADA tokoh penting dan tokoh tidak penting berulang tahun pekan lalu. Moh. Sirajuddin alias Pak De merayakan ulang tahunnya ke-56 di Rutan Salemba, Selasa pekan lalu. Ia juga memotong kue tart, seperti halnya tokoh penting merayakannya. Yang hadir, petugas Rutan, sesama tahanan, dan dua pengacara Pak De yang membawakan kue tart itu. Pak De lalu menyerahkan puisi yang diketiknya rapi di selembar kertas. Lima enam sudah umurku/Aku selalu bersamamu, oh Tuhanku Malikul Jabbar/Engkau tahu dan pasti tahu/ Kini aku terhempas dan dihempaskan. Di bagian penutup tertulis: Oh, Tuhan, hanya Engkau yang tahu siapa pembunuh pengecut itu/Namun aku tetap bersimpuh di hadapan-Mu tatkala malam yang sunyi/Akan muncul keadilan.... Hari Minggu sebelumnya, Pak De menitip syair lagu untuk Permadi, S.H., Ketua Yayasan Parapsikologi Semesta. "Permadi banyak punya teman produser," kata Pak De. Lagu itu tentang Dice, bekas peragawati yang tewas -- menurut vonis pengadilan - di tangan Pak De. Dice ini, kata Pak De, dua kali datang dalam mimpinya. "Saya senang, sebab dalam mimpi itu Dice memegang tasbih," katanya . Karena mimpi itu, Pakde terkenang pertemuan terakhirnya dengan Dice, dua hari sebelum ibu dua anak itu meninggal. Ketika itu Dice menggenggam tangan Pak De sambil berkata "Vaya condios, Pakde." Kata-kata itulah yang kemudian jadijudul lagu Pak De. Sungging di bibirmu, oh manis/Genggam tangan meremas jariku/Sebuah kata telah kau ucapkan: Vaya Condiyos Pakde.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini