DALANG muda dari Solo, Anom Suroto, sempat melongo sebelum duduk di belakang kelir di gedung kebudayaan Kota Musashino, Jepang. "Saya betul-betul salut kepada penonton Jepang," katanya kepada koresponden TEMPO di Tokyo, Seiichi Okawa. Anom bersama delapan pengikutnya diundang mementaskan wayang kulit untuk peringatan ulang tahun kedua Gedung Kebudayaan Musashino, yang terletak sebelah barat Tokyo, Sabtu dua pekan lalu. Ia memainkan lakon Duryudono Gugur dalam bahasa Jawa. Anom diundang ke Jepang dengan biaya tujuh juta yen, dan pergelarannya tak berbeda dengan yang dilakukannya di Indonesia. "Hanya saja, tak memakai blencong, karena saya tidak membawanya," kata Anom. "Tapi di Indonesia, blencong juga sering diganti lampu listrik." Selesai pergelaran, yang memakan waktu dua jam, tepuk tangan riuh menyambut dalang yang berpakaian khas Solo ini. Anom tak henti-hentinya menerima jabat tangan dan pujian dari gadis-gadis muda Jepang, yang kebanyakan mahasiswi itu. "Subarashii, subarashii," komentar mereka, yang artinya sangat bagus. "Saya terharu sekali. Karena di Indonesia, penonton wayang cuma orang-orang tua," ujar Anom. Dan tak cantik-cantik lagi, 'kan, Ki Dalang?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini