BULAN Juni mendatang Enggak Bahauddin genap 18 tahun. Rambutnya
kian memutih dan bila berjalan ia memerlukan bantuan sebuah
tongkat buat menopangnya. Saat ini ia pun masih mengidap
penyakit ("anemia", kata Enggak sendiri) -- menyusul
pembebasannya selaku tahanan "15 Januari" bulan Mei tahun lalu.
Tapi Kamis malam pekan lalu bekas wakil pemimpin redaksi harian
Indonesia Raya itu, nampak cukup segar ketika menghadiri suatu
jamuan di gedung paulti wanita Trisula Menteng Raya. Acaranya
memang diperuntukkan buat memberi penghargaan kepadanya.
Penghargaan "untuk jasa pengabdian dan tauladan yang
diberikannya pada kepentingan umum dan perkembangan kewartawanan
Indonesia", begitu bunyi tulisan di sebuah piring perak yang
diserahkan bu Nas -- nyonya Jenderal Nasution.
Di samping orang-orang pers -- baik yang medianya sudah ditutup
maupun mereka yang tetap terbit nampak juga hadir tokoh-tokoh
seperti Mohammad Natsir, drg. Yetti Noor Zainal Abidin dan
nyonya, pemilik apotik Tunggal itu. Acara pemberian penghargaan
masyarakat pembaca IR kepada Enggak itu dipelopori oleh empat
orang yang dulunya tak kurang selalu mendapat sorotan baik
dipuji atau dikritik -- harian IR. Mereka adalah bekas Menlu
Mohamad Roem, bekas Kapolri Hoegeng, dan tokoh Lembaga Bantuan
Hukum Jakarta Adnan Buyung Nasution SH. Sedang Hamka berhalangan
hadir malam itu. Tak ketinggalan adalah Mochtar Lubis serta
seluruh bekas pengasuh harian IR -- yang sudah mengalami
pembreidelan sebanyak 18 kali itu. Bagaikan reuni saja, termasuk
dari bekas-bekas tahanan-tahanan Belanda, Orde Lama dan juga
Orde Baru. Enggak Bahauddin sendiri memang pernah ditahan pada
ketiga masa itu.
Yang terakhir ini karena ia dituduh menggerakkan peristiwa 15
Januari dan mengadakan rapat gelap anti pemerintah di rumahnya
di Menteng Raya. Tuduhan itu tidak bisa dibuktikan, setelah
Enggak sempat berpisah dari isteri dan anaknya Ida sebelas bulan
lamanya. Dengan nada tersenat-sendat Enggak tak dapat
menyembunyikan keharuannya. "Saya merasa tidak patut mendapatkan
penghargaan seperti ini", sambungnya pula. Ia menganggap apa
yang dilakukannya adalah sudah tugasnya.
Seperti diucapkan Mochtar Lubis malam itu, "Enggak bekerja penuh
pengabdian sampai keluarganya sendiri diabaikannya. Ia juga tak
pernah menuntut gaji naik". Walaupun ia sudah bekerja 39 tahun
dalam jurnalistik, keadaan Enggak memang sangat bersahaja,
digambarkannya dalam M sebagai "yang teraniaya dan yang
terhempas" Rumahnya ditempatinya sekarang sangat sempit. Itupun
bukan milik sendiri, tapi perumahan PWI "tempo doeloe". Tapi
Enggak nampaknya tak bersedih dengan itu. Ia juga anggota setia
dari grup "The Hawaiian Seniors", grup musik Hawaii yang kesohor
itu. Malam itu juga ia menerima bingkisan dari seorang penyanyi
manis dari grup itu -- nyonya Mary Hoegeng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini