Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Menerima penghargaan

Bekas wakil pimpinan redaksi harian indonesia raya enggak bahauiddin, mendapat penghargaan atas jasanya untuk kepentingan umum & perkembangan wartawan indonesia, dari masyarakat pembaca harian tsb. (pt)

3 April 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BULAN Juni mendatang Enggak Bahauddin genap 18 tahun. Rambutnya kian memutih dan bila berjalan ia memerlukan bantuan sebuah tongkat buat menopangnya. Saat ini ia pun masih mengidap penyakit ("anemia", kata Enggak sendiri) -- menyusul pembebasannya selaku tahanan "15 Januari" bulan Mei tahun lalu. Tapi Kamis malam pekan lalu bekas wakil pemimpin redaksi harian Indonesia Raya itu, nampak cukup segar ketika menghadiri suatu jamuan di gedung paulti wanita Trisula Menteng Raya. Acaranya memang diperuntukkan buat memberi penghargaan kepadanya. Penghargaan "untuk jasa pengabdian dan tauladan yang diberikannya pada kepentingan umum dan perkembangan kewartawanan Indonesia", begitu bunyi tulisan di sebuah piring perak yang diserahkan bu Nas -- nyonya Jenderal Nasution. Di samping orang-orang pers -- baik yang medianya sudah ditutup maupun mereka yang tetap terbit nampak juga hadir tokoh-tokoh seperti Mohammad Natsir, drg. Yetti Noor Zainal Abidin dan nyonya, pemilik apotik Tunggal itu. Acara pemberian penghargaan masyarakat pembaca IR kepada Enggak itu dipelopori oleh empat orang yang dulunya tak kurang selalu mendapat sorotan baik dipuji atau dikritik -- harian IR. Mereka adalah bekas Menlu Mohamad Roem, bekas Kapolri Hoegeng, dan tokoh Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Adnan Buyung Nasution SH. Sedang Hamka berhalangan hadir malam itu. Tak ketinggalan adalah Mochtar Lubis serta seluruh bekas pengasuh harian IR -- yang sudah mengalami pembreidelan sebanyak 18 kali itu. Bagaikan reuni saja, termasuk dari bekas-bekas tahanan-tahanan Belanda, Orde Lama dan juga Orde Baru. Enggak Bahauddin sendiri memang pernah ditahan pada ketiga masa itu. Yang terakhir ini karena ia dituduh menggerakkan peristiwa 15 Januari dan mengadakan rapat gelap anti pemerintah di rumahnya di Menteng Raya. Tuduhan itu tidak bisa dibuktikan, setelah Enggak sempat berpisah dari isteri dan anaknya Ida sebelas bulan lamanya. Dengan nada tersenat-sendat Enggak tak dapat menyembunyikan keharuannya. "Saya merasa tidak patut mendapatkan penghargaan seperti ini", sambungnya pula. Ia menganggap apa yang dilakukannya adalah sudah tugasnya. Seperti diucapkan Mochtar Lubis malam itu, "Enggak bekerja penuh pengabdian sampai keluarganya sendiri diabaikannya. Ia juga tak pernah menuntut gaji naik". Walaupun ia sudah bekerja 39 tahun dalam jurnalistik, keadaan Enggak memang sangat bersahaja, digambarkannya dalam M sebagai "yang teraniaya dan yang terhempas" Rumahnya ditempatinya sekarang sangat sempit. Itupun bukan milik sendiri, tapi perumahan PWI "tempo doeloe". Tapi Enggak nampaknya tak bersedih dengan itu. Ia juga anggota setia dari grup "The Hawaiian Seniors", grup musik Hawaii yang kesohor itu. Malam itu juga ia menerima bingkisan dari seorang penyanyi manis dari grup itu -- nyonya Mary Hoegeng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus