BANYAK memang kebolehan Motinggo Boesye, 46 tahun. Penulis puisi.
Pengarang cerita pendek, roman, dan sejumlah naskah pentas.
Sempat pula berkibar di film. Pekan lalu ia muncul dengan
pameran tunggal lukisannya di Balai Budaya, Jakarta atas sponsor
Yayasan Ananda. Yang meresmikan, kawan lamanya, Haji Harmoko --
yang kini menjadi Menteri Penerangan. "Bukan saja karena Boesye
teman baik saya," kata Harmoko dalam sambutannya "tapi Balai
Budaya ini mengingatkan saya pada kenangan lama, ketika masih
berstatus Seniman Senen, saya juga pernah tidur di sini."
"Aku sebenarnya amat menyukai puisi," kata Boesye, "dan dengan
lukisan pun aku masih berpuisi."
Ia mengaku sudah mulai melukis pada usia 5 tahun. Namun ia
pernah khusus belajar kepada Wakidi di Bukittinggi (1951-1956).
Dan ia leluasa melakukan eksperimen. Misalnya, untuk beroleh
warna merah yang tahan lama, Boesye mengunyah daun sirih dan
meludahkannya. Begitu pula ketika melakukan percobaan melukis di
atas aluminium. "Orang apotek bilang, Anda toh punya amonia,
kenapa tak pakai itu saja?", Boesye bercerita sambil tertawa.
Ia memang secara khusyuk bisa melukis sampai 5 jam. Karena
"rupanya aku memang cuma bisa menguasai wilayah satu frame
saja," katanya. Itu sebab, antaranya, ia lalu pamit dari film,
yang menuntut keterampilan menguasai puluhan, bahkan ratusan
frame dan dalam jangka panjang pula. "Tapi sebetulnya anakku
yang menginsafkan aku dari dunia film," cerita ayah 7 anak itu.
Film-filmnya yang 'berhawa panas' itu sering diejek
anak-anaknya, hingga ia tarik diri sama sekali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini