Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Menggugat KTI

Boy Bolang menuntut ganti rugi kepada kti lewat lbh. usahanya untuk mendatangkan juara dunia untuk penantang thomas americo, dijegal herman sarens sudiro yang menggantikan kedudukannya.(pt)

18 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOY Bolang, 33 tahun, promotor tinju prof dari BB Boxing yang bulan lalu terbang ke New York, ngambek dan ogah pulang. Ia merasa dijegal oleh KTI, Komisi Tinju (prof) Indonesia. Sebab, belum lagi rampung usahanya untuk mendatangkan juara dunia tinju kelas welter ringan Aaron Pryor atau Saoul Mamby, bagi penantang kita Thomas Americo, tiba-tiba Brigjen Herman Sarens Sudiro nyelonong menggantikan kedudukannya sebagai promotor. Atas persetujuan KTI. Boy sakit hati. "Kalau oknum-oknum KTI yang ada sekarang tidak diganti, dan KTI masih bertindak sewenang-wenang, saya tidak akan pulang," ujarnya, ketika TEMPO menghubunginya ke New York per telepon. Pergantian promotor itu juga menyebabkan Boy tak punya kesempatan mengembalikan uang yang sudah telanjur dipinjamnya dari PT Aryo Seto (milik Sigit Suharto) Rp 20 juta, dari Herlina Kassim Rp 20 juta dan dari Piet Haryono Rp 10 juta. BB Boxing sendiri sudah mengeluarkan Rp 10 juta untuk ini-itu. "Itu semua harus diganti KTI," kataya tegas. Ia sudah mengirim surat kepada Adnan Buyung Nasution untuk menuntut ganti rugi kepada KTI. Termasuk "ganti rugi cemarnya nama BB Boxing, Rp 200 juta." Toh ia masih tetap segan balik. 'Saya 'kan sudah dancam," katanya, tanpa mau menyebutkan siapa yang mengancamnya. Bahkan sebelum berangkat pun, katanya lagi, di Halim Perdana Kusuma ia sempat ditahan alat negara. Dan ketika Thommy Djorghi, rekannya, kembali dari New York, "sudah ada tentara yang mau 'menjemput' saya." Merasa sudah sulit mengembangkan karir di sini, ia lantas memutuskan untuk kerja bersama promotor besar AS, Don King. "Mungkin saya akan bertinju kembali. Petinju-petinju kroco saja di sini (AS) bisa mendapat US$ 5000 sekali naik ring." Bagaimana dengan keluarganya di Jakarta? "O, itu KTI yang mesti kasih makan . . . !" Ia tertawa ngakak. Kemudian sambungnya: "Istri saya sudah pasrah. Mereka bisa menyusul saya beberapa tahun lagi, nanti . . . " Di rumah kontrakannya di daerah Roxy, Jakarta, Ny. Rumpy Bolang memang sudah pasrah. Meskipun "tadinya saya shock juga," ujarnya. lbu tiga anak itu lantas berpikir untuk melanjutkan saja kegiatan BB Boxing di sini. Soalnya, "saya juga menanggung beban moril karyawan suami saya." Untunglah banyak teman suaminya yang datang membantu. Dan kini, ia mengajari anak-anaknya berwiraswasta. Ny. Rumpy membuka warung 'es teler' di muka rumahnya. Vina (10 tahun), Riva (8 tahun) dan Vikky (7 tahun) melayani para pembeli.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus