MARIA Ulfah, 25 tahun, qariah terbaik MTQ internasional
1980-1981 tidak akan lagi ikut MTQ. "Saya ingin jadi pembina
saja," katanya. Sebab "saya sudah mencapai puncak karir."
Juga sebagai wanita, tentunya. Ia sudah kawin, bulan lalu. Dan
25 April nanti mahasiswi Institut Ilmu Al Qur'an (IIQ) itu
diwisuda jadi MA. Ia lulus dengan pujian -- dengan skripsi
Peranan MTQ dalam Da'wah Islam Indonesia -- dari perguruan
tinggi yang lama pendidikannya enam tahun itu.
Sayang Muchtar Ichsan, 27 tahun, yang sejak 25 Maret jadi
suaminya, tak bisa menghadiri acara tersebut. Si suami pada hari
yang sama juga diwisuda sebagai dokter di FK-Unair Surabaya.
"Apa boleh buat," ujar Ulfah sambil mengunyah jintan Jepang.
Muchtar sudah memacari Ulfah sejak 1973 -- tanpa pernah
bergandengan tangan kalau anda percaya. Tapi di asrama kampusnya
di Kampung Utan, Ciputat, Jakarta Selatan, Ulfah tak pernah
banyak cerita. Sampai-sampai ada orang melamarnya -- yang tentu
saja ditolak. Sebab Ulfah sudah merasa cocok dengan anak Kepala
Kantor Urusan Agama di kotanya itu -- Lamongan, Jawa Timur.
"Kami memiliki banyak persamaan," tutur Ulfah, biasa. Misalnya
sama-sama menyukai makanan pedas dan mendengarkan musik George
Benson, Stevie Wonder sampai Haydn. Namun gadis berkerudung itu
toh tak pernah menonton pertunjukan jazz yang belakangan ini
banyak diselenggarakan. Maklumlah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini