Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Meninggal dunia

Wladzu valentino liberace meninggal karena aids. menurut dokternya, ia meninggal terkena penyakit hati. pianis ini terkenal dengan gayanya memainkan karya-karya komponis dunia versi dirinya. (pt)

14 Februari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERJUTA rakyat AS memujanya, para kritikus musik mencacinya, dan Rabu pekan lalu AIDS membunuhnya. Liberace, multijutawan berkat jari-jarinya yang lincah pada piano, dan keberaniannya memodifikasikan karya-karya komponis besar kematiannya pun jadi perkara. Dokternya bilang, ia terkena penyakit hati. Manajernya mengatakan, karena pianis itu berdiet sangat keras, ia kehilangan berat tiba-tiba, lalu jatuh sakit. Ia hanya makan semangka, konon. Tapi sebuah harian di Las Vegas memberitakan, sang jutawan mati karena AIDS. Pasalnya, lelaki yang tak menikah dan tak punya keturunan ini sudah lama digunjingkan homoseks. Kendati, sejak penampilan pertamanya di panggung dan rekaman musiknya, awal 1950-an, ia sangat sukses. Di tahun-tahun itulah ia mempunyai 180 sponsor - dari pengusaha bank, perusahaan bir, sampai perusahaan mobil yang memberinya penghasilan US$ 50 juta per tahun. Dan ketika Wladzu Valentino Liberace, demikian nama lengkap keturunan Italia dan Polandia jadi bintang televisi, wanita-wanita memujanya, mengiriminya kaus kaki dengan sulaman gambar piano. Kekayaannya memang luar biasa. Jari-jarinya penuh intan permata, salah satunya berbentuk piano dalam miniatur. Rumahnya di Las Vegas, Nevada berharga US$ 4 juta. Di situ ada sebuah kolam renang berbentuk piano. Dan bila sang pianis tiduran di kamarnya, ia bisa memandang langit-langit tiruan dari langit-langit di Kapel Sistine, Roma -- gereja kecil yang bersejarah, yang terkenal dengan paduan suara prianya yang di zaman dulu, konon, dikebiri. Apa pun kabar tentang dirinya, rupanya, tak mempengaruhi popularitasnya. Hingga saat akhirnya, dalam usia 67, ia tetap dipuja. Pianis ini memang sangat terkenal dengan cara dia memainkan karya-karya komponis dunia -- yang disebutnya sebagai "versi intisari". Idenya, "Membuang bagian-bagian yang tak enak didengar." Barangkali karena ini ia dimusuhi para kritikus musik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus