WARTAWAN Angkatan 5 itu telah pergi. Mashud Sosroyudho, 1
tahun, meninggal 9 Januari setelah menderita penyakit ginjal
yang menahun. Ia memulai karirnya sebagai wartawan setelah
mengikuti kursus sebentar di sebuah lembaga yang didirikan dan
dipimpin oleh Raden Mas Bintarti dan Bung Tomo. Kedua perintis
yang sudah almarhum itu kemudian mendirikan Kantor Berita
Indonesia di Surabaya dan Mashud muda ikut bergabung. Ketika KBI
bergabung dengan KB Antara Cabang Surabaya, Mashud pun aktif
sbagai reporter. Adalah Mashud yang aktif meliput peristiwa
pengeboman Surabaya oleh tentara sekutu (Inggris) di bawah
pimpinan Jenderal Mallaby yang terbunuh di sana.
Pada 1951 Mashud kerja praktek setahun di koran Belanda Het
Parool di Amsterdam. Sekembali dari Negeri Belanda dia berjumpa
dengan wartawan wanita baru, Siti Muktiah, 20 tahun, dan mereka
menikah pada 1953. Setahun kemudian Mashud ditunjuk sebagai
Kepala Biro Eropa Barat KB Antara, berkantor di Amsterdam. Tahun
1958, Mashud dan keluarganya boyong ke London. Waktu itu pecah
aksi Irian Barat dan semua warga Indonesia di Belanda diminta
untuk meninggalkan negeri itu. Ketika di London itulah Mashud
pernah diajak missi Jenderal Nasution ke Paris, dan Soeharto,
kini Presiden RI, adalah salah seorang anggota missi.
Sayang sekali Mashud tidak pernah mencatat atau menerbitkan
pengalamannya yang bisa memperkaya sejarah jurnalistik
Indonesia. "Ada beberapa catatan-catatannya, tapi saya harus
cari dulu," kata Mukti Mashud. Tambahnya: "Dia selalu menunda
niatnya untuk mencatat, karena tak ada waktu."
Pasangan Mukti-Mashud sering terlihat dalam resepsiresepsi dan
Mukti yang ramping itu selalu menarik dalam baju kurungnya.
"Satu hal yang ditakuti Mas Mashud," kata Mukti, ibu dari empat
orang anak, "dia tidak mau merepotkan orang lain." Misalnya
tentang penyakitnya, baru setelah parah, dia pasrah kepada orang
lain. Pernah ketika dia sedang dialise (cuci darah) di RS Cipto
Mangunkusumo, dia minta disetop. "Dia selalu takut kalau ongkos
pengobatannya akan menjadi beban kami," kata Mukti, "padahal
banyak sekali teman-teman membantu kami."
Dan teman suami istri Mashud ini memang banyak, antara lain
Wapres Adam Malik. Tak heran kalau Ny. Nelly Adam Malik dan dua
anaknya turut melepas Mashud ke pemakaman. "Mashud setia akan
pekerjaannya, bahkan mencintainya," kata Rosihan Anwar, rekan
seangkatannya.
Menghabiskan hidupnya di Antara, almarhum pernah menjadi Kepala
Bagian Hubungan LN, Wakil Pemimpin Umum Redaksi, lalu sebentar
duduk sebagai Pemimpin Umum Redaksi, dan terakhir tercatat
sebagai Direktur Hubungan Internasional. Tak heran kalau
beberapa rekannya menjuluki almarhum sebagai "Menlu" Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini