WAJAHNYA pucat, namun mengenakan bendo dan jas kuning gaya
Sunda, 10 Januari itu Idham Chalid, 59 tahun, tampak gagah juga.
Siang itu ia menjadi wali dan sekaligus mengawinkan anaknya Dewi
Muslimah dengan Risdaya Fadil. Dengan lantang Ketua DPA itu
membaca akad nikah untuk Dewi--putri pertama dari istrinya yang
ketiga -- dengan mas kawin Al Quran serta peralatan sembahyang.
Bertindak sebagai saksi Ketua Mahkamah Agung Mudjono dan Ketua
MUI KII Syukri Ghozali. Para tamu yang datang, termasuk beberapa
pejabat tinggi seperti Maraden
Panggabean, Widjojo Nitisastro, Sudharmono dan Sudjono
Humardhani, tak sempat menemui tuan rumah. Karena kesehatannya
Idham harus masuk kamar, beristirahat. Sebagian upacara adat
perkawinan bahkan tak sempat diikutinya.
Sudah sebulan lebih Idham Chalid sakit. "Terlalu banyak
memikirkan persoalan," ujar seorang stafnya. Tampaknya sebagai
Presiden PPP ia dipusingkan oleh kemelut yang menimpa partainya.
Empedu dan usus duabelas jarinya terserang.
Kini tinggal usus duabelasjari itu yang belum sembuh. Para
dokter menganjurkan operasi, namun Ketua Umum PB NU ini
keberatan. Kini penyakitnya ditangani seoran sinshe yang
menjamin kesem buhan dalam sebulan bila Idham mau menuruti petun
juknya. Antara lain istirahat yang cukup: dua jam berba ring dan
satu jam berjalan jalan setiap hari.
Siang itu Idham masih sempat menjawab pertanyaan tentang
kesehatannya. "'a, sudah lumayan. Tapi masih begini juga," kata
bapak dari 16 anak (dari tiga ibu) itu. Banyak kenalan Idham,
termasuk dari kalangan NU, yang hari itu buat pertama kalinya
mengenal keluarganya yang tinggal di Bintaro Permai, Jakarta
Selatan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini