SESUDAH diasingkan 5 tahun di Pulau Bunga, Endeh, oleh
Pemerintah kolonial Belanda Soekarno dipindahkan ke Bengkulu,
Pebruari 1938. Di tempat pembuangannya yang baru itu Ketua
Muhammadiyah setempat, Haji Datuk Hassan Din memintanya mengajar
di sekolah rendah agama yang kebetulan kekurangan guru. "Tapi
ingatlah jangan membicarakan soal politik," pesannya.
Sejak itu, Sukarno menjadi guru agama -- dan mengajar antara
lain Fatmawati, puteri Hassan Din yang kelak menjadi isterinya
yang kedua setelah Ibu Inggit. Ibu Inggit sendiri tak mau
dimadu, sebagaimana dituturkan Sukarno kelak kepada Cindy Adams
yang menulis Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Hari Rabu 20 Juni lalu, jam 9 pagi, mertua presiden pertama RI
itu meninggal dunia dalam usia 83 tahun. Jenazahnya dikebumikan
di Karet, sore harinya, dihadiri antara lain Bung Hatta dan
isteri, Ali Sadikin, serta putera-puteri Bung Karno -- yang tak
mau pergi ke Blitar untuk peresmian pemugaran makam sang ayah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini