"GURU yang baik bukan hanya dilihat di kelas. Tapi juga di
tengah masyarakat dan keluarga. Untuk itu diperlukan pengamatan
bertahun-tahun. Yang teladan itu hendaknya dikenal sebagai orang
yang berdedikasi, tidak menyeleweng." Demikian Ki Mohamad Said
Reksohadiprodjo alias Bambang Sonyo Sudarmo, ditanya komentarnya
mengenai eberatannya pada istilah (Pemilihan Guru) 'Teladan'
(TEMPO 9 September 1978).
Tokoh Perguruan Taman Siswa yang menjadi anggota Badan Sensor
Film dan Dewan Pertimbangan Agung ini, yang dikenal mengidap
darah tinggi, Kamis 21 Juni lalu meninggal di RS Persahabatan
Rawamangun. Dikebumikan di makam keluarga Taman Siswa, 'Taman
Wijaya Brata', Yogyakarta.
Ayah dari satu-satunya anak yang kini kuliah di FTUI Jurusan
Arsitektur ini, terkenal orang sederhana. Beberapa anekdot
tentang itu sering ditulis di berbagai media termasuk
kebiasaannya bersandal ke mana pun pergi.
Lahir di Purworejo 21 Januari 1917 sebagai anak Wedana.
Pendidikan resminya ELS, HBS dan GHS Kedokteran di Jakarta.
Mahir beberapa bahasa asing, tapi sangat Indonesia.
Di kalangan seniman, anggota Akademi Jakarta yang dibentuk Ali
Sadikin ini dikenal akrab. Tahun 1948 dia memberikan garasi di
belakang Jalan Garuda 25 untuk menginap keluarga Affandi yang
hendak ke India. Ternyata Affandi tinggal di situ sampai sekitar
setahun -- maklum, mengurus paspor waktu itu bisa berlarut. Di
empat yang kemudian menjadi sanggar sementara Affandi itulah
Pak Said banyak berbincang dengan seniman seperti Chairil Anwar,
Nashar, Zaini, Sitor Situmorang. Dari pembicaraan itu lahir GPI
(Gabungan Pelukis Indonesia), dipimpin pelukis-pelukis muda
Handrio dan Sutiksno.
"Pak Said itu seorang pemberi semangat yang hebat," kata pelukis
Nashar, yang pernah setahun duduk di Taman Madya Taman Siswa.
Datang melayat di rumahnya antara lain Menko Kesra Surono, Ali
Sadikin, Daoed Joesoef, Syarief Thayeb, Teguh Karya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini